| Kamis 16 Feb 2017 14:27 WIB | 2709
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim mengingatkan bahwa pendidikan adalah bahan bakar untuk mendorong pertumbuhan perekonomian di berbagai negara sehingga pihak swasta dan pemerintah juga harus bekerja sama meningkatkan kualitas pendidikan.
"Saat kami mengejar sasaran pembangunan, sembari membangun masyarakat
yang tumbuh dan berkembang, sektor swasta dan pemerintah harus bekerja
bersama-sama. Jika sektor swasta adalah mesin pertumbuhan, dan
pemerintah adalah pengemudinya, maka pendidikan adalah bahan bakar yang
menjalankan mesinnya," kata Kim dalam rilis, Kamis (16/2/2017).
Kim mencontohkan Korea Selatan yang merupakan negara tempatnya
dilahirkan. Di Korsel, segera setelah Perang Korea tahun 1950-an,
ditemukan sebanyak 78 persen warga di sana ketika itu dalam kondisi buta
huruf. Selain itu, ujar dia, tingkat penghasilan per kapita di Korsel
pada tahun 1970 juta masih sekitar 200 dolar AS.
Namun,
lanjutnya, Korsel kemudian menyadari bahwa pendidikan adalah cara yang
paling efektif untuk keluar dari kesengsaraan kondisi ekonomi sehingga
pemerintah berfokus memperbaharui sekolah dan berkomitmen meningkatkan
setiap anak dengan baik.
"Ditambah dengan kebijakan pemerintah
yang cerdas dan inovatif serta sektor swasta yang giat, fokus kepada
edukasi akhirnya benar-benar menghasilkan," katanuya.
Presiden
Bank Dunia mengingatkan bahwa saat ini, Korea Selatan memiliki tingkat
melek huruf sebanyak 98 persen, dan negara itu merupakan negara
berpenghasilan tinggi dan model bagi kesuksesan pembangunan ekonomi.
Untuk itu, ujar dia, negara-negara lainnya juga perlu berinvestasi
sangat besar terutama dalam masa-masa awal karena pengalaman masa kecil
awal dinilai memiliki dampak yang mendalam dan berlangsung abadi
terhadap pengembangan otak mereka.
Kemudian, lanjutnya,
kebijakan yang ada juga seharusnya mengajarkan mengenai ilmu pengetahuan
dan keahlian yang dibutuhkan oleh anak-anak untuk dapat beradaptasi di
masa depan, terutama mengingat saat ini dunia merupakan tempat yang
kerap terus berubah.
"Mereka harus kreatif dan menjadi pemikir
kritis yang mengembangkan dahaga kuat untuk mendapatkan pengetahuan dan
solusi terhadap permasalahan yang mereka hadapi," katanya.
Selanjutnya, dia menyatakan sistem pendidikan yang ada pada saat ini
juga harus menyediakan keahlian yang relevan dengan pasar saat ini dan
lapangan pekerjaan di masa depan.
Sebelumnya di Indonesia,
sejumlah gerai "BI Corner" yang dibangun oleh Bank Indonesia di sejumlah
tempat seperti lembaga pendidikan dinilai tidak hanya berfungsi sebagai
tempat mencari literatur finansial tetapi juga bisa mendongkrak
kualitas pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"BI
Corner tak hanya berfungsi sebagai perpustakaan mini bagi mahasiswa,
melainkan juga dapat menjadi sarana inspirasi dan menimba ilmu bagi para
pelaku UMKM yang hendak memperdalam ilmu kewirausahaan," kata Asisten
Direktur Komunikasi Bank Indonesia Hendra Nazaldi dalam rilis acara
peresmian BI Corner di Kampus IPMI International Business School,
Kalibata, Jakarta, Selasa (24/1).
Menurut Hendra, bank sentral
menargetkan 1.000 gerai BI Corner di seluruh kampus se-Indonesia,
sedangkan saat ini sudah lebih dari 100 gerai yang dibangun, salah
satunya di kampus IPMI.
Selain untuk meningkatkan kesadaran dan
pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan tugas dan pencapaian tujuan
Bank Indonesia, Hendra juga menyatakan BI Corner merupakan program
sosial dari bank sentral yang bertujuan untuk membantu memecahkan
persoalan pendidikan di masyarakat dan menciptakan "Indonesia Cerdas".