News, Pendidikan
| Kamis 08 Feb 2018 11:20 WIB | 1589
MATAKEPRI.COM,
Bantul - Seorang pria berkaos hitam memanggul sebuah ban karet ukuran besar ke
arah Sungai Oya, tepatnya di Dusun Kedungjati, Selopamioro, Imogiri, Kabupaten
Bantul, DIY. Di belakang pria ini tampak tiga anak berseragam Pramuka
membuntutinya.
Pria
itu adalah Sumardi (35), warga Dusun Kedungjati. Dia memanggul ban karet tidak
untuk berenang di sungai, mainkan untuk mengantarkan tiga anak tersebut
menyeberangi Sungai Oya untuk berangkat sekolah, Kamis (8/2/2018) pagi.
Ketiga
anak itu yakni Fiki (7), Amelia (8) dan Devan (8). Ketiganya adalah siswa SD N
Kedungmiri, Sriharjo, Imogiri, Bantul, DIY, yang berada di seberang sungai dari
kampungnya.
Sesampainya
di tepi Sungai Oya di Dusun Kedungjati, Sumardi langsung menaruh ban karet yang
dibawanya ke tepi sungai. Agar bannya tidak terseret arus, dia memegangi sisi
ban yang bagian tengahnya sudah dipasang bak tersebut.
Setelahnya,
tiga anak tadi diminta Sumardi masuk satu per satu ke bak di tengah ban karet
tersebut. Posisi ketiga anak ini saling berhadapan satu dengan yang lain.
Sementara tas yang mereka bawa disandarkan ke sisi ban.
Melihat
semuanya sudah siap, Sumardi secara perlahan mendorong ban tersebut dengan
tetap memegangi sebagain sisi ban lain. Kemudian dia berenang sambil mendorong
ban tersebut hingga sampai ke tapi sungai di Desa Sriharjo. Butuh waktu sekitar
5 menit menyeberang dengan cara itu.
Sesampainya
di tepi sungai di Desa Sriharjo, tanpa diinstruksi ketiga anak ini satu per
satu meloncat ke tepi sungai. Ada siswa yang berhasil melompat dengan mulus,
tetapi ada juga yang tergelincir sampai kakinya masuk ke air.
Setelah
semuanya berhasil menyeberang, ketiga anak ini berpamitan ke Sumardi untuk
berangkat sekolah. Ketiganya lalu menuju salah satu rumah warga di tepi sungai
Desa Sriharjo untuk mengambil sepeda yang sebelumnya mereka titipkan.
Jarak
antara rumah ketiga anak ini dengan SD N Kedungmiri memang cukup jauh, sekitar
tiga kilometer. Oleh sebab itu, setelah berhasil menyeberangi sungai ketiganya
masih harus mengayuh sepeda ontel sekitar 30 menit agar sampai ke sekolah.
Salah
satu siswa, Fiki mengatakan, dia terpaksa menyeberangi sungai pakai ban karet
karena jembatan gantung penghubung Desa Selopamioro dengan Desa Sriharjo
terputus setelah diterjang luapan Sungai Oya akhir November 2017.
Karena
jalan penghubung putus, dia bersama 4 temannya di Dusun Kedungjati, yakni
Amelia, Devan, Reno dan Rina terpaksa menyeberangi sungai pakai sarana
transportasi alternatif. Seperti memakai rakit atau ban karet.
"Sudah
hampir dua bulan (menyeberang pakai ban karet)," kata Fiki, siswa kelas 2
SD N Kedungmiri ini kepada detikcom sesuai menyeberangi Sungai Oya.
Sementara
Devan mengatakan, dia tidak takut menyeberangi Sungai Oya memakai ban karet.
Sebab, dia sudah terbiasa berangkat sekolah menyeberangi sungai memakai ban
yang dorong oleh bapak atau tetangganya.
Sementara
Sumardi mengaku terpaksa menyeberangkan anaknya, Fiki dan teman-temannya
memakai ban karet untuk melewati Sungai Oya. Sebab, cara ini dianggapnya paling
efisien dalan mengantarkan anaknya ke sekolah.
"Ya
sebenernya bisa (lewat jalan raya), tapi mutar jauh. Ya mungkin kalau dari sini
(lewat jalan raya) ada 10 kilometer lebih lah hingga sampai ke sekolah,"
pungkas dia.
(***)
Sumber
: detik