News, Kesehatan

Begini Kondisi Sabrina Gadis Penderita Cerebral Palsy di Semarang

| Jumat 19 Jan 2018 15:04 WIB | 1903




MATAKEPRI.COM, Semarang - Kondisi Kailani Aura Sabrina (13), tiap harinya terbaring di tempat tidur rumahnya Kawengen, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Saban harinya, dia ditemani televisi yang terus menyala.

Gadis kelahiran Kabupaten Semarang, 7 September 2004 tersebut, terlahir dalam kondisi normal. Dia, merupakan puteri kedua pasangan Turkamun (41) dan Mariyati (38), warga Dusun Kawengen RT 01/RW 04, Desa Kawengen, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. 

Maryati menceritakan awal mula Sabrina sakit. Saat itu Sabrina masih berusia 2 tahun. Saat minum, tiba-tiba dia tersedak hingga kejang-kejang.

"Saat itu, kami langsung membawanya ke RSUD Ungaran, tapi karena selama 4 hari tidak ada perkembangan kemudian dirujuk menuju RSUP Dr Kariadi Semarang. Sabrina dulu sempat koma selama 15 hari," kata Maryati sambil mengusap air matanya saat menceritakan ditemui di rumahnya, Jumat (19/1/2018).

Sabrina dirawat di RSUP Dr Kariadi Semarang selama 64 hari. Untuk makan setiap harinya selama berada di rumah sakit menggunakan bantuan selang. Kemudian, saat itu dokter yang merawatnya menyampaikan boleh pulang asalnya sudah bisa makan tanpa melalui bantuan selang.

"Kami sama bapake terus bikin akal-akalan sehari, Sabrina di rumah sakit makan nggak memakai bantuan selang. Karena akal-akalan ini, kami diperbolehkan pulang," tuturnya seraya menyebut di rumah tiap satu menit ketika itu memberi minum dengan sendok.

Turkamun menambahkan, setelah kembali dari rumah sakit, selama 7 bulan masih menjalani fisioterapi. Selain itu, dia juga menjalani rawat jalan kurang lebih 1,5 tahun. Namun semenjak kembali dari rumah sakit, Sabrina mengalami lumpuh total. Praktis, dia hanya terbaring di tempat tidur.

"Pada siang hari, tidur lesehan di ruang tamu dengan ditemani televisi. Kalau malam hari, tidur di kamar dan kipas angin harus menyala. Kalau kipas angin mati, dia nggak bisa tidur," kata Turkamun yang pekerja proyek, itu.

Berdasar hasil diagnosa dokter, Mariyati menyebutkan, Sabrina mengalami Cerebral Palsy (CP). Untuk makan disuapi dan mandi diangkat menuju kamar mandi.

"Makan biasa saja asal tidak pedas dan keras. Untuk mandi dimandikan dan kebutuhan tiap harinya memakai pambers," katanya menyebut tiap hari minimal 3 pampers besar.

Kepala Desa Kawengen Siswanto menambahkan, pihak desa telah memberikan bantuan dengan memberikan akses kepada dinas sosial. Pada tahun 2008 telah diajukan bantuan yang kemudian turun pada tahun 2009.

"Semenjak 2009 hingga sekarang, tiap bulan menerima bantuan dari pemerintah," kata Siswanto didampingi Kaur Keuangan, Rofian.

Turkamun dan Mariyati menambahkan, semenjak 2009 hingga sekarang tiap bulan menerima Rp300 ribu. Bahkan untuk menambah kebutuhan, saat Sabrina berusia 7 tahun sempat ditinggal bekerja menjadi asisten rumah tangga di Jakarta dan tiap sebulan sekali pulang.

"Seingat kami sejak 2015 menerima selama 10 bulan, 2016 menerima 10 bulan, 2017 menerima bantuan selama 10 bulan dan pada tahun ini belum. Selama kami bekerja di Jakarta, yang menjaga Sabrina tiap harinya saudara," ujarnya.

Turkamun juga menceritakan soal sisi lain kondisi anaknya. Dia mengaku, jika ada warga di lingkungannya yang akan meninggal dunia biasanya Sabriani mengalami kejang-kejang. Terlebih lagi, jika orang yang akan meninggal tersebut warga satu kampung, selain kejang-kejang, menangis lebih keras. Hal ini dianggapnya sebagai firasat bagi keluarganya.

"Dulu pas masih dirawat di rumah sakit, sampai-sampai kalau Sabrina menangis dan kejang-kejang, suster bilang siapa lagi (orang mau meninggal)," tutur Turkamun.(***)



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait