News, Ekonomi
| Rabu 20 Dec 2017 12:32 WIB | 1120
MATAKEPRI.COM, Dubai - Pemerintah Arab Saudi semakin agresif
dalam belanja di periode 2018. Belanja naik 6% (year on year/yoy) menjadi 978
miliar riyal atau US$ 261 miliar atau sekitar Rp 3.523,5 triliun (kurs Rp
13.500/US$).
Hal ini merupakan arah kebijakan baru dari Putra Mahkota
Mohammed bin Salman. Tujuannya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
melalui investasi dan mengurangi ketergantungan terhadap minyak mentah yang
selama ini merupakan sumber ekonomi Arab Saudi.
"Pemerintah meningkatkan belanja sebagai cara untuk
merangsang pertumbuhan dan meningkatkan partisipasi dan investasi sektor
swasta," kata John Sfakianakis, Direktur Riset Ekonomi di Gulf Research
Center di Riyadh, seperti dilansir CNNMoney, Rabu (20/12/2017).
"Sangat masuk akal untuk menunda mencapai anggaran
keseimbangan karena terlalu banyak pengetatan fiskal terlalu cepat dapat
melukai ekonomi lebih banyak," tambah Sfakianakis.
Belanja yang agresif menjadi pertaruhan besar bagi
pemerintahan Arab Saudi, karena berisiko memperlebar defisit anggaran. Di 2015
lalu, saat harga minyak anjlok, defisit anggaran pemerintah mencapai 366 miliar
riyal atau US$ 100 miliar. Sampai kemudian dilakukan penarikan utang dalam
jumlah besar.
Meski sekarang belanja diperbesar, pemerintah cukup tegas
menyampaikan keinginan untuk menurutkan defisit sebesar 15% menjadi 195 miliar
riyal atau US$ 52 miliar pada tahun depan.
"Sangat masuk akal untuk menunda menciptakan
keseimbangan anggaran, karena sebelumnya banyak pengetatan fiskal yang
sebenarnya memperburuk ekonomi," jelasnya.
Dengan menuju arah pertumbuhan ekonomi berbasis investasi,
maka pemerintah Arab Saudi juga menargetkan penurunan angka pengangguran yang
cukup drastis. Tercatat 13% dari total populasi tidak memiliki pekerjaan.
"Fokusnya sekarang adalah pada layanan dan mendukung
sektor swasta untuk meningkatkan pertumbuhan lapangan kerja," kata Khalid
Ashaerah, Konsultan Bisnis Swasta di Riyadh.
"Anggaran baru ini menunjukkan bahwa pemerintah melakukan langkah-langkah reformasi besar," tambahnya.(***)