News, Ekonomi

Tiga Tahun Terakhir BPP Selalu Mengalami Penurunan, Ini Kata Jonan

| Selasa 28 Nov 2017 11:29 WIB | 1152




MATAKEPRI.COM, Jakarta - Upaya Pemerintah dan PT PLN (Persero) menekan tarif mulai terlihat. Selama tiga tahun terakhir, Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Total (BPP) selalu mengalami penurunan. 

Di 2014, BPP tercatat sebesar Rp 1.420/kWh, di 2015 turun menjadi Rp 1.300/kWh, dan di 2016 turun kembali ke angka Rp 1.265/kWh. Data per September 2017, BPP naik sedikit menjadi Rp 1.299/kWh seiring dengan kenaikan harga energi primer yang signifikan.

Selain itu, sejak Januari 2017 hingga saat ini, tarif listrik non-subsidi yang sebesar Rp 1.467/kWh pun mengalami penurunan sebesar Rp 5/kWh, dibandingkan tarif bulan sebelumnya (Desember 2016) yaitu Rp 1.472/kWh.

Penurunan BPP dan tarif listrik tersebut sejalan dengan arahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, kepada PLN agar melakukan efisiensi untuk menurunkan BPP Tenaga Listrik sebagai upaya mewujudkan harga listrik yang terjangkau bagi masyarakat. 

"Pemerintah sangat serius sekali supaya harga listrik terjangkau. Perasaan keadilan sosial oleh rakyat Indonesia harus jalan. Saya terapkan selama saya di sini. Ini yang menurut saya sangat penting," ujar Jonan dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa (28/11/2017).

Jonan juga telah menugaskan PLN untuk terus melakukan efisiensi energi. Sehingga jika biaya produksi listrik berubah masih bisa diatasi.

"PLN wajib melakukan efisiensi energi, ini sudah komitmen besar dari PLN untuk melakukan efisiensi, sehingga kalau biaya produksi berubah-berubah masih bisa ditangani. Sebenarnya yang fluktuatif itu energi primer, seperti batu bara, minyak, dan gas. Gas sudah kita atur sudah buat regulasi di mana harganya itu bisa dijangkau," jelas Jonan.

Selain upaya efisiensi, turunnya BPP tersebut juga merupakan hasil dari rasionalisasi bauran energi primer pembangkit. Pemerintah telah menurunkan porsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang di 2012 sebesar 15% menjadi hanya 7% di 2017. 

Di samping itu porsi batubara dioptimalkan dengan porsi menjadi sekitar 55%, disusul gas sebesar 26% dan energi terbarukan sekitar 12%. Sebagaimana diketahui, energi primer pembangkit listrik mulai yang termahal adalah BBM, mayoritas energi terbarukan, gas, batubara dan air.

Sebelumnya, Direktur Utama PLN, Sofyan Basir, mengatakan semenjak 2015 PLN berhasil melakukan efisiensi sebesar puluhan triliun rupiah setahun, dari penggunaan bahan bakar. (www.detik.com/***)



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait