News, Pendidikan

Terlalu Lembut Anak Bisa Manja Terlalu 'Keras' Bisa Bikin Anak Trauma, Jadi Gimana?

| Jumat 17 Nov 2017 10:56 WIB | 1880




MATAKEPRI.COM, Jakarta - Terkadang sebagai orang tua kita suka kesulitan mengatur pola tingkah laku anak. Terlalu lembut anak bisa manja, terlalu 'keras' bisa bikin si kecil trauma atau justru perilakunya makin buruk. 

Sebenarnya, kuncinya sederhana, Bun. Coba deh kita ubah 'bahasa' dari aturan-aturan yang diberi ke anak atau saat mengedukasi anak, termasuk saat mereka berbuat salah. Misal, kita suka banget kan bilang, 'jangan lari-lari', 'jangan jajan sembarangan', 'jangan tidur malam' tapi yang terjadi anak justru melakukan hal itu. 

Kalau kata Susanti Agustina yang akrab disapa Bunda Susan, motherpreneur sekaligus penulis buku, dalam situasi kayak gini sebenarnya tanpa sadar si pembuat aturan sudah menggiring perilaku anak ke hal yang terlarang. Alih-alih tertib, disiplin dan mengikuti aturan, anak malah bisa 'terdorong' melakukan hal itu.

Maka dari itu, Bunda Susan bilang coba deh buat bahasa aturan pakai pendekatan berbeda dengan membiarkan anak-anak tahu tindakan positif apa yang diharapkan dari mereka, Sehingga, mereka bisa melakukannya dengan sukarela.

"Berikan contoh permintaan yang jelas dan positif. Misal daripada berkata 'Jangan ribut' lebih baik 'Tolong bicara pelan-pelan ya, Nak'. Ketika kita bilang jangan ribut ke anak, coba deh perhatikan, anak malah makin berteriak kan? Ini merupakan keterampilan yang sederhana, tapi ampuh banget untuk menjalankan fungsi pengasuhan," kata Bunda Susan dikutip dari bukunya 'Biblioterapi untuk Pengasuhan'.

Afirmasi atau suatu penyataan positif bisa dilancarkan dengan sukses kalau orang tua bisa jadi teladan yang positif. Bunda Susan mengingatkan, orang tua harus jadi role model anak di rumah.

Afirmasi merupakan pernyataan singkat sederhana yang kita ulang-ulang baik dalam hati maupun dengan suara lantang. Afirmasi akan berpengaruh kuat pada anak ketika diucapkan oleh orang yang mereka cintai misalkan orang tuanya. Kekuatan afirmasi ibarat tape recorder dalam keadaan on, Bun. Jadi apapun yang kita pikirkan entah bahagia, sedih, positif maupun negatif semua terekam.
Kita perlu ingat, Bun. Suatu perbuatan punya dampak yang jauh lebih kuat dari kata-kata. Anak emang nggak cukup cermat dalam mendengarkan perkataan orang tua tapi mereka nggak pernah gagal dalam meniru orang tuanya.

"Kita harus sadar bahwa semua tindakan kita yang tampak setiap hari akan diikuti oleh anak," tutur Bunda Susan.

Saat anak bisa mengimplementasikan afirmasi yang kita beri, hargai mereka ya, Bun. Misalnya dengan mengatakan 'Bunda seneng deh kamu melakukan hal baik atau punya ide bagus'. Ingat juga, ketika orang tua terbiasa mengungkapkan afirmasi, maka akan tertanam hal positif di pikiran anak. (www.detik.com/***)






Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait