News, Pendidikan
| Rabu 25 Oct 2017 12:36 WIB | 2018
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Jejak manusia modern awal atau homo sapiens terlacak
di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk itu, tim
peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional menggelar penelitian di Gua Braholo,
Dusun Semugih, Desa Semugih, Kecamatan Rongkop, Gunungkidul, selama sebulan
terakhir.
"Mereka berhasil menemukan tulang hewan yang
hidup sekitar 3.000 sampai 7.000 tahun yang lalu," ucap Koordinator
Lapangan Penelitian Gua Braholo Tim Peneliti Pusat Arkelologi Nasional, Thomas
Sutikna, di Gunung Kidul, Selasa, 24 Oktober 2017, dilansir Antara.
Fosil tulang belulang berbagai jenis binatang tersebut
hidup pada zaman prasejarah. "Mereka terkubur di kedalaman tiga hingga
tujuh meter di dalam tanah Gua Braholo," katanya.
Thomas membeberkan, hasil temuan tim peneliti, yakni
tulang belikat rusa, tulang belulang kera, babi, anjing, tikus, dan kerbau di
kedalaman satu hingga empat meter. Hal ini membuktikan banyak sekali fauna yang
ada telah ada di Gunung Kidul.
"Untuk yang pernah dilakukan penelitian ada
gigi gajah yang berusia 33 ribu tahun lalu, pada kedalaman enam sampai tujuh
meter," tutur dia.
Dia menjelaskan, manusia prasejarah di Gua Braholo
kerap mengonsumsi binatang-binatang tersebut. "Mereka berburu binatang dan
membawanya ke tempat tinggal mereka di sini (Gua Braholo), dan dikonsumsi oleh
kawanan manusia di kala itu," katanya.
Thomas mengatakan pula, fosil manusia purba yang
ditemukan beberapa tahun lalu, mereka diperkirakan hidup 9.000 tahun lalu atau
7000 Sebelum Masehi. Mereka sudah mengenal tata penguburan awal, diketahui dari
bentuk tubuhnya sudah ditekuk.
"Mereka bukan manusia purba seperti yang
ditemukan di Sangiran, tetapi manusia modern awal (homo sapiens). Saat ini,
kerangkanya masih disimpan di Museum Punung Pacitan," sebut dia.
Penemuan fosil ini masih terus dikerjakan oleh tim
peneliti dari Pusat Arkeologi Nasional yang bekerja sama juga dengan tim dari
Universitas Gadjah Mada. Ekskavasi telah berlangsung sejak 9 Oktober 2017 lalu
dan akan berakhir pada awal November mendatang.
"Beberapa fosil hasil penemuan akan kami bawa
ke Punung, Pacitan. Untuk ekskavasi memang tidak dilakukan semuanya karena
untuk menyisakan peneliti pada masa depan," katanya.(www.liputan6.com/***)