Kesehatan
| Selasa 29 Nov 2016 04:02 WIB | 1398
MATAKEPRI.COM, Bandung -- Pembungkus makanan styrofoam, sudah
banyak yang mengetahui berbahaya bagi kesehatan. Bahkan, di Kota
Bandung styrofoam sudah dilarang. Namun ternyata, selain styrofoam, kertas nasi yang selalu dijadikan pembungkus makanan pun berbahaya bila dijadikan pembungkus.
Menurut
peneliti Pusat Penelitian Biomaterial LIPI, Lisman Suryanegara,
berdasarkan riset yang dilakukannya bersama tim, jumlah bakteri yang
terkandung dalam kertas pangan yang terbuat dari kertas daur ulang
sekitar 1,5 juta koloni per gram. Sedangkan rata-rata kertas nasi yang
umum digunakan beratnya 70 hingga 100 gram.
"Itu artinya ada sebanyak 105 juta hingga 150 juta bakteri yang terdapat di kertas tersebut," ujar Lisman dalam acara roadshow food safety packaging, Selasa (29/11).
Lisman
mengatakan, kandungan mikroorganisme di kertas daur ulang memiliki
nilai tertinggi dibandingkan jenis kertas lainnya. Di antaranya, ada
mineral oil, lilin, dan logam berat. Bahkan, ternyata kandungannya cukup
besar. Karena, kertas nasi itu dibuat dari kertas daur ulang. Walaupun
ada pelapis seperti plastik, namun kalau digunakan membungkus makanan
panas tetap akan bereaksi. "Zat-zat itu, tentu akan bermigrasi kalau
digunakan untuk makan panas dan berkuah," katanya.
Menurut
Lisman, zat-zat kimia tersebut pun akan berdampak negatif terhadap tubuh
manusia bila digunakan. Karena dapat memicu berbagai penyakit seperti
kanker, kerusakan hati dan kelenjar getah bening, mengganggu sistem
endokrin, gangguan reproduksi, meningkatkan risiko asma, dan mutasi gen.
Lisman
menilai, kemasan makanan berbahan dasar kertas non daur ulang bisa
menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan penggunaan kemasan daur
ulang dan styrofoam. Kemasan kertas non daur ulang, baik untuk
konsumen, makanan dan lingkungan. “Seperti di luar negeri trennya sudah
seperti itu," katanya.
Jadi, kata dia, untuk mengurangi limbah di luar negeri kebanyakan mengunakan kemasan biodegradable. Karena, selain mudah diurai juga sudah memiliki standar keamanan.
Menurut Foopak Technical Expert, Atul Tyagi, pihaknya menggelar rangkaian roadshow food safety packaging dengan menghadirkan beberapa nara sumber di bidang food safety.
Di antaranya, Badan POM, LIPI, dan LPPOM MUI. Program ini, bertujuan
untuk memberi edukasi kepada masyarakat untuk hidup sehat, salah satunya
memilih kemasan pangan yang food grade dan higienis.
Sebagai alternatif lainnya, dia mengatakan, masyarakat dapat menggunakan kemasan pangan berkategori food grade
yang seratus persen terbuat dari serat alami. Ciri-cirinya antara lain
tampilan berwarna putih bersih, tidak berbintik-bintik, dan tidak tembus
minyak. Di samping itu, karton food grade bersifat ramah lingkungankarena mudah terurai "Produk kami, bisa terurai dalam waktu 12 minggu kalau dikubur," katanya.
Produk
Foopak, kata dia, dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadirkan
kemasan pangan yang aman dan higienis bagi para konsumen dan produsen
makanan.
Tyagi mengatakan, produk Foopak telah teruji bebas dari bahan kimia berbahaya, bersertifikat Food and Drugs Administration (FDA), sudah memiliki sertifikasi ISEGS dan sertifikasi halal.
Produk
Foopak juga, kata dia, di desain khusus untuk pengaplikasian makanan
dengan keunggulan melindungi makanan dari kontaminasi dan juga ramah
lingkungan. Selain itu, Foopak juga diklasifikasikan berdasarkan
aplikasi pada makanan. Sehingga semua jenis makanan bisa tercover dengan
baik dan aman.
Foopak pun, kata dia, kemasan makanan yang 100 persen biodegradable,
memiliki kemampuan untuk menahan minyak, kemasan yang secara khusus
dikembangkan untuk penyimpanan di lemari es. Selain itu juga kemasan
yang didesain khusus untuk menjaga kualitas kesegaran makanan. "Produk
kami pun sudah memiliki sertifikasi halal," katanya.