International, News, Politik

Setelah Kematian Seorang Jurnalis, Demonstran Tunisia Berturut-Turut Bentrok Dengan Polisi

| Sabtu 29 Dec 2018 12:49 WIB | 2951



(istimewa)


MATAKEPRI.COM, Batam - Demonstran di Tunisia kembali terlibat bentrok dengan polisi pada malam ketiga berturut-turut setelah kematian seorang jurnalis yang melakukan aksi bakar diri untuk mengecam kesulitan ekonomi di negara tersebut.

Diwartakan Al Jazeera ,Jumat (28/12/18), Housameddine Jebabli, juru bicara Garda Nasional Tunisia, mengatakan pada Kamis, 27 Desember bahwa protes telah terjadi di enam kota yang berbeda, termasuk Kasserine di Tunisia tengah barat, di mana jurnalis Abderrazak Zorgui membakar dirinya sendiri pada awal pekan ini.

Menurut juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Sofiane Zaag, 14 orang berhasil ditangkap semalam. Pihak berwenang pada hari Rabu juga sudah mengumumkan penangkapan 18 orang lainnya.

Protes dimulai setelah Zorgui, seorang jurnalis yang berusia 32 tahun mem-posting video online sebelum membakar dirinya di Kasserine, menggambarkan keputusasaannya untuk memberontak dikarenakan korupsi dan kondisi hidup yang buruk.

Dia mengungkapkan kekesalannya pada pengangguran dan janji-janji yang tidak terpenuhi dari revolusi Arab Spring 2011 di Tunisia.

"Untuk anak-anak Kasserine yang tidak memiliki sarana penghidupan, hari ini saya memulai revolusi. Saya akan membakar diri saya sendiri," ujar Zorgui dalam videonya, yang meninggal karena luka-lukanya pada Senin, segera setelah dibawa ke rumah sakit.

Jurnalis Abderrazak Zorgui melakukan aksi bakar diri yang memicu demonstrasi di Tunisia. (Foto: YouTube)

Aksi bakar diri serupa, yang dilakukan oleh seorang pedagang kaki lima yang meratapi pengangguran, korupsi dan represi di Tunisia pada 2011 menyebabkan protes skala nasional yang dengan dorongan dari media sosial menyebabkan jatuhnya Presiden Tunisia saat itu, Zine El Abidine Ben Ali.

Demonstrasi di Tunisia itu segera menyebar dan ke negara-negara lain di Timur Tengah dan Afrika Utara dan memunculkan demonstrasi serupa yang dikenal dengan nama Arab Spring.

Terlepas dari transisi demokrasi dan pertumbuhan ekonomi yang mulai kembali di Tunisia pasca dijatuhkannya Ben Ali, pihak berwenang masih berjuang untuk memperbaiki kondisi kehidupan di tengah pengangguran dan kemiskinan yang tinggi.

Inflasi yang dipicu oleh devaluasi dinar Tunisia dan pengangguran yang terus-menerus, memicu protes di penjuru negeri pada Januari lalu.

Persatuan Jurnalis Tunisia telah menyerukan pemogokan umum pada 14 Januari untuk menandai peringatan tahun kedelapan revolusi, dan untuk memprotes "kondisi menyedihkan" para pekerja media di negara itu.

Para jurnalis di Tunisia menyatakan solidaritas dengan Zorgui, meratapi kondisi genting bagi pekerja lepas tanpa perlindungan hukum dan upah rendah di tengah ekonomi Tunisia yang sedang dalam kesulitan. (***)

Sumber : okezone



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait