International, News, Hukum & Kriminal
| Senin 23 Sep 2019 12:22 WIB | 1483
demonstran-ilustrasi
MATAKEPRI.COM Pemerintah Sudan
membentuk sebuah tim khusus untuk menyelidiki kasus penembakan terhadap
demonstran, dalam unjuk rasa besar-besaran terhadap mantan Presiden Omar al-Bashir,
yang terjadi pada Juni lalu. Keputusan itu diambil karena tuntutan
kelompok pegiat setempat yang terus menuntut adanya penyelidikan
mandiri, meski militer telah melakukan investigasi sebelumnya.
Tim
penyelidikan yang dibentuk Perdana Menteri Abdalla Hamdok ini terdiri
dari tujuh anggota yang terdiri dari perwakilan berbagai kementerian,
hakim, kejaksaan, dan anggota independen.
Tim tersebut akan bekerja dalam kurun tiga bulan dan menyampaikan laporan penyelidikan.
Berdasarkan data yang dihimpun para dokter yang terkait gerakan tersebut, sekitar 127 orang meninggal dan ratusan lainnya terluka dalam kejadian itu. Namun, otoritas mengeluarkan jumlah kematian yang lebih sedikit.
Akibat aksi unjuk rasa itu, militer Sudan lantas mengkudeta Omar
al-Bashir yang saat itu menjadi presiden. Selepas kudeta sempat terjadi
ketegangan antara kelompok sipil dan angkatan bersenjata mengenai
pembagian kekuasaan.
Setelah melalui perundingan alot, akhirnya
militer dan kelompok sipil Sudan sepakat berbagi kekuasaan. Mereka juga
berjanji akan menggelar pemilihan umum terbuka.
Sumber: cnnindonesia.com