International, News
| Selasa 16 Jul 2019 13:34 WIB | 159
(ilustrasi)
MTAKEPRI.COM, Canberra - Pemerintah Negara Bagian
Ibukota Canberra (ACT), Australia memenangkan gugatan diskriminasi dalam
kasus penempatan dokter magang di salah satu di rumah sakit yang
dialami seorang dokter lulusan China.
Dokter ini menggugat karena merasa terjadi diskriminasi.
Tadinya,
pengadilan memenangkan Dokter Qinglin Wang dan mendapatkan kompensasi
40 ribu dolar yang harus dibayar Pemerintah ACT. Dia merasa "gelisah,
malu dan terhina" setelah upayanya untuk magang di salah satu rumah
sakit di Canberra ditolak.
Dokter Qinglin ketika di China pernah
menjabat direktur neurologi di Universitas Kedokteran Tianjin. Namun dia
pindah ke Australia pada tahun 2001 dan menjadi warga negara sejak
tahun 2006.
Pada 2013, Dr Qinglin telah merampungkan hampir semua
persyaratan untuk bisa membuka praktik kedokteran di Australia. Hanya
satu syarat lagi yang tersisa, yaitu magang selama satu tahun di salah
satu rumah sakit Australia.
Tapi kebijakan perekrutan dokter yang
berlaku di Canberra, menempatkan dokter lulusan luar negeri di tempat
terakhir untuk dipertimbangkan magang.
Artinya, secara efektif Dr Qinglin tidak berhasil mendapatkan kesempatan magang.
Dokter
yang juga memiliki gelar master dalam bidang neurologi dan pengalaman
lebih dari 15 tahun ini, akhirnya bekerja sebagai asisten perawat di
salah satu rumah jompo.
Dia pun menggugat kebijakan yang dia
anggap diskriminasi rasial ini, karena menurut dia, jelas-jelas
merugikan dokter lulusan universitas asing.
Pengadilan Sipil dan Administrasi (ACAT) yang memeriksa kasusnya memenangkan Dokter Qinglin pada tahun 2016.
Namun
Pemerintah ACT mengajukan banding, dan hari Senin (15/7/2019) keluar
keputusan yang membatalkan keputusan pengadilan sebelumnya.
Lulusan luar negeri di tempat terakhir
Dalam
sidang banding, pengacara yang mewakili Pemerintah ACT berdalih bahwa
kebijakan tersebut tidak membeda-bedakan pelamar berdasarkan ras atau
kebangsaan, tapi berdasarkan tempat mereka belajar kedokteran.
Ini, katanya, bukan kategori yang tercakup dalam UU Diskriminasi.
Namun
pengacara Dr Qinglin mengatakan bahwa mereka yang tidak lahir di
Australia atau Selandia Baru dan memiliki kualifikasi asing, sama saja
dengan diskriminasi jika memperlakukan mereka secara tak menguntungkan.
"Dr
Qinglin Wang menyampaikan bahwa orang asal China umumnya (walaupun
tidak selalu) memperoleh gelar medis mereka dari universitas di luar
negeri," kata Presiden ACAT Graeme Neate.
"Dengan demikian,
penggunaan daftar prioritas ACT untuk menentukan penempatan magang
menunjukkan adanya diskriminasi langsung," katanya.
Dalam sidang
banding, Pemerintah ACT berdalih dari kategori pelamar dengan prioritas
tertinggi yaitu lulusan Universitas Nasional Australia yang berkomitmen
untuk bekerja di Canberra, 48 persen di antaranya lahir di luar negeri.
Dengan
mempertimbangkan angka ini, pengadilan memutuskan "tidak ada bukti
bahwa administrasi kebijakan memiliki dampak merugikan mereka yang
berasal dari China atau asal negara non-Australia lainnya".
ACAT
menemukan bahwa Pemerintah ACT tidak mendiskriminasi Dr Qinglin, baik
secara langsung maupun tak langsung, berdasarkan kewarganegaraannya.
Disebutkan
bahwa Dr Qinglin tidak menghadapi diskriminasi rasial, sebagian karena
gelar dokter dari China bukanlah karakteristik yang dimiliki kebanyakan
orang kelahiran China.
"Memiliki gelar medis dari universitas di luar negeri belum tentu berbasis rasial," katanya.
(***/detiknews)