News, Politik

Jelang Tahun Pesta Demokrasi, Partai Demokrat Dan Gerindra Saling Serang

| Jumat 23 Mar 2018 12:15 WIB | 1323



(net)


MATAKEPRI.COM - Menjelang tahun pesta demokrasi, suasana elite politik mulai panas. Elite Partai Demokrat dan Gerindra saling serang terkait ketua umum mereka.

'Serangan' dibuka oleh Wasekjen Partai Gerindra Andre Rosiade yang menyebut Ketum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Jokowi sedang bermain drama. Pernyataan itu muncul setelah Jokowi dan SBY tampak akrab saat acara Rapimnas PD.

"Kita memang melihat bahwa dalam acara Rapimnas PD dari Sabtu-Minggu, dua belah pihak memberikan sinyal untuk ingin bekerja sama, baik Pak Jokowi maupun Pak SBY, tapi itu kan drama di depan panggung," ujar Andre saat dihubungi wartawan, Senin (12/3/2018).

Seakan tak terima dengan pernyataan itu, Wasekjen PD Rachland Nashidik lalu menyinggung Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Rachland bahkan menyebut Prabowo sebaiknya jadi cawapres untuk Jokowi di Pemilu 2019.

"Saya kira itu bagi Pak Prabowo adalah pilihan rasional dan menguntungkan. Dengan segala hormat, adalah fakta Pak Prabowo tidak pernah menang dalam Pilpres," kata Rachland kepada wartawan di hari yang sama.

Andre kembali menanggapi pernyataan itu. Dia kemudian meyandingkan Prabowo dengan mantan Presiden AS Abraham Lincoln yang juga sempat gagal dalam pilpres.

"Inget nggak presiden Amerika yang paling terkenal siapa? Yang ada patungnya di Washington itu siapa? Abraham Lincoln itu capres kalah, tapi akhirnya menang jadi presiden AS dan salah satu presiden terbesar dan tersukses dalam sejarah AS," ujar Andre saat dihubungi masih di hari yang sama.

Sampai beberapa hari, agaknya suasana mendingin. Mereka tak saling serang lagi.

Hingga akhirnya muncul video tentang pidato Prabowo yang mengutip kajian soal 'Indonesia bubar 2030'. Rachland pun mengomentari materi pidato Prabowo itu.

"Saya kira, niat Pak Prabowo sebenarnya baik. Dia mau mengajak kita lebih memedulikan Indonesia. Mungkin adalah gaya khas beliau saja bila ia melakukan itu dengan cara meniupkan ketakutan," kata Rachland kepada wartawan, Selasa (20/3).

Tak sampai di situ, Rachland kemudian membandingkan dengan Ketua Kogasma PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang membangun optimisme. AHY, kata Rachland, membawa visi Indonesia emas tahun 2045.

"Seperti Pak Prabowo, AHY pun mengajak kita lebih memedulikan Indonesia. Bedanya, AHY menawarkan optimisme, bukan menakut-nakuti. Itu beda pemimpin jaman now dari pemimpin jaman old," ujar Rachland.

Seperti menyiram minyak ke api unggun, pernyataan Rachland menyulut suasana kembali panas. Andre kembali bereaksi.

"Terlihat sekali ambisi Partai Demokrat dan dinasti SBY untuk berkuasa kembali," kata Andre keesokan harinya, Rabu (21/3).

AHY memang putra dari SBY. Sosok AHY masuk dunia politik setelah menanggalkan posisinya di TNI AD dengan pangkat terakhir sebagai Mayor. AHY waktu itu menjadi calon Gubernur DKI Jakarta tahun 2017.

"Banyak kader Demokrat ditangkap korupsi di saat mereka berkuasa. Dan ingat, Indonesia ini negara republik, bukan kerajaan yang jabatan dapat diturunkan dari orang tua ke anak. Apalagi politik dinasti selama ini dekat dengan pusaran korupsi," ucap Andre.

Rachland langsung menanggapi pernyataan Andre soal dinasti politik. Jika Andre pernah mengungkit Lincoln, giliran Rachland kini mengungkit mantan Presiden AS John F Kennedy.

"Kendati saya bisa bilang 'dinasti politik' bisa positif--contohnya keluarga Kennedy di AS atau keluarga Trudeau di Kanada--namun saya menganggap lebih penting untuk mengoreksi kontradiksi dalam cara berpikir Wakil Sekjen Gerindra," ujar Rachland kepada wartawan pada hari yang sama.

Masih soal dinasti politik, Andre mengungkap sisi di balik layar pencalonan AHY tahun lalu. Menurut Andre, SBY bahkan sempat 'menjajakan' AHY ke Gerindra.

"Bicara soal ambisi, waktu Pilkada DKI kita semua tahu bahwa Pak SBY meminta ke Pak Prabowo agar Bang Sandiaga Uno dijadikan wakilnya AHY," kata Andre dalam keterangannya, Kamis (22/3).

Padahal, kata Andre, Sandiaga sudah terlebih dahulu mempersiapkan diri untuk Pilgub DKI. Sedangkan AHY bahkan masih berada di militer. 

"Tetapi Pak SBY tetap menginginkan AHY yang masih aktif di TNI waktu itu menjadi calon gubernurnya," ujar Andre.

Rachland geram mendengar pernyataan Andre. Dia menuding Andre terlalu banyak bicara.

"Dia (Andre) bicara terlalu banyak tentang hal yang terlalu sedikit dia ketahui," tandas Rachland di hari yang sama.

Andre sebenarnya mengaku tak bermaksud untuk membuat suasana jadi panas. Apalagi, kata Andre, kader Gerindra menghormati SBY.

"Semua orang tahu bahwa kami, kader Gerindra, sangat menghormati Pak SBY dan Partai Demokrat, tapi sikap Saudara Rachland yang sudah berulang kali 'menyerang' pribadi ketua umum kami, Pak Prabowo, yang menyebabkan saya sebagai kader tidak bisa berdiam diri," ungkap Andre.

Terlepas dari saling serang kedua elite politik ini, sosok Rachland juga pernah terlibat adu argumen saat Pilgub DKI 2017 lalu. Kala itu dia berdebat di media sosial Twitter melawan politikus PDIP Budiman Sudjatmiko. 

Politikus Golkar Indra J Pilliang saat itu lalu nimbrung dan mengajak mereka berdua berdebat di dunia nyata dengan tajuk 'Twitwars'. Akankah perseteruan Rachland yang kali ini dengan Andre berlanjut ke debat di dunia nyata? (***)


Sumber : detik



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait