Ketua tim peneliti, Dr Joe Henson dari University of Leicester membuktikannya dengan
mengamati 124 partisipan yang berpeluang tinggi untuk mengalami diabetes tipe
2, menggunakan scan MRI.
Masing-masing partisipan juga dipasangi sebuah alat bernama accelerometer yang
berfungsi mengukur berapa lama partisipan duduk dalam sepekan.
Terbukti, lemak visceral paling banyak ditemukan pada partisipan yang tidak
melakukan aktivitas fisik, utamanya yang sesuai rekomendasi internasional yaitu
150 menit latihan berintensitas sedang tiap pekannya.
"Kami menemukan bahwa makin lama duduk, makin kuat keterkaitannya dengan
lemak visceral dan lemak perut. Apalagi jika duduknya lama dan tidak ada jeda
sama sekali," tegas Henson seperti dilaporkan Medical News Today.
Hal senada juga dikemukakan dr Sumarjati Arjoso, SKM dari Ikatan Ahli Kesehatan
Masyarakat Indonesia (IAKMI) beberapa waktu lalu. Menurutnya, terlalu banyak
duduk menyebabkan otot-otot besar pada tubuh, terutama pada bagian kaki dan
punggung, tidak terpakai.
"Ketika duduk, kaki dan batang otot tidak aktif dan ini bisa menyebabkan
penumpukan gula dan lemak yang bisa berbahaya dalam darah," jelasnya.
Penumpukan gula ini juga akan mengganggu pengaturan kadar gula darah yang kelak
akan mengganggu proses metabolismenya dan memicu penyakit kronis jika dibiarkan
berlarut-larut.
Disarankan untuk beranjak dari tempat duduk tiap 30 menit sekali dan
berjalan-jalan di sekitar lingkungan kantor misal untuk ke kamar kecil atau
mengambil air minum sendiri.(***)