News, Pendidikan

Butuh Perhatian Pemerintah, Ruang Kelas MTS di Kutawaringin Bandung Ini Bolong-bolong!

| Jumat 12 Jan 2018 12:29 WIB | 1583




MATAKEPRI.COM, Kabupaten Bandung - Sera Ardianti (13), siswa kelas VIII, MTS Nurussalam, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung Jawa Barat terpaksa belajar di ruang kelas dengan kondisi rusak parah.

Ruang kelas yang digunakan untuk belajar Sera dan siswa lainnya tanpa memiliki pintu, selain itu ruangan kelas semi permanen yang terbuat dari bahan fiber itu bolong-bolong, bahkan dinding belakang ruang kelas itu hampir jebol.

Tanpa ada rasa mengeluh, meski harus belajar di ruangan kelas rusak bersama 28 siswa lainya, Sera mengaku tetap semangat belajar.

"Ya sudah seperti ini kondisinya, meski begitu saya tetap semangat belajar," kata Sera di sekolahnya yang berada di Kampung Puncak Mulya 01/07, Desa Sukamulya, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung.

Sera mengungkapkan, dari awal ia masuk sekolah ke MTS Nurussalam kondisi ruangan kelas VIII itu sudah rusak dan tak kunjung diperbaiki.

"Pertama masuk memang sudah rusak, kalau hujan angin air masuk ke kelas dan proses belajar tidak kondusif. Buku-buku juga basah kena air," ungkapnya.

Hampir seluruh dinding fiber yang melapisi rangka kayu ruang kelas itu bolong-bolong, dari lubang itulah hujan atau angin masuk. Bahkan kata Sera jika musim kemarau, debu tanah merah masuk ke dalam kelasnya.

"Pak bupati tolong perbaiki ruang kelas kami," ujar Sera.

MTS Nurussalam hanya memiliki tiga ruangan kelas, dua ruangan kelas permanen dan satu ruangan semi permanen dan kondisi nya rusak. Mirisnya, bangunan sekolah yang sudah berdiri sejak tahun 2007 lalu itu tidak memiliki ruangan guru dan ruangan kepala sekolah.

"MTS ini berdiri sejak tahun 2004/2005, sebelumnya numpang di SDN Puncakmulya Kutawaringin dan ketua yayasan membeli tanah disini (lokasinya 100 meter dari SDN Puncakmulya) untuk dijadikan ruang kelas," kata Kepala Sekolah MTS Nurussalam Soleh Suparyo.

Soleh menjelaskan, MTS Nurussalam tidak memiliki ruangan guru dan kepala sekolah karena tanah milik yayasan yang dibangun untuk sekolah tidak terlalu luas. "Kantor nya di rumah ketua yayasan di atas (lokasinya 50 meter dari sekolah)," jelasnya.

Selain itu, sekolah ini tidak memiliki toilet dan jika para siswa ingin membuang air kerap menumpang ke jamban milik warga. "Tidak ada toilet juga, kalau mau buang air ke bawah (ke jamban warga)," ujarnya.

Soleh berharap kepada pemerintah Kabupaten Bandung dan Kemenag Kabupaten Bandung untuk segera memperbaiki ruang kelas sekolahnya. "Harapan kami sekolah ingin di perbaiki, agar siswa bisa belajar di kelas yang laik," pungkasnya. (***)


Sumber : detik




Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait