News, Pendidikan

Kontroversi, 2 Siswa Dikeluarkan dari Sekolah Setelah Berpelukan

| Sabtu 23 Dec 2017 11:46 WIB | 1582




MATAKEPRI.COM, New Delhi - Sebuah kontroversi bergulir di India setelah dua orang siswa dikeluarkan dari sekolah karena berpelukan, dengan alasan hal itu merupakan tindakan "kemesraan di depan umum".


Wartawan BBC Ashraf Padanna yang berbicara dengan kedua siswa yang tak bisa disebutkan namanya itu mengisahkan, semuanya berawal dari sebuah kompetisi menyanyi di St Thomas Central School in Kerala.


Usai penampilannya gadis remaja berusia 15 tahun itu bertanya kepada sahabatnya, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun, tentang penampilannya.

Lantas remaja laki-laki itu memeluknya dan mengucapkan selamat atas penampilannya.

"Pelukan itu hanya berlangsung sekitar satu atau dua detik," kata si gadis itu kepada BBC.

"Banyak siswa dan guru di sekitar kami, dan saya merasa tidak melakukan sesuatu yang salah."

Tapi salah satu seorang guru dilaporkan mengadukan hal itu kepada kepala sekolah dan sang gadis itu menyebut, semuanya jadi "kacau balau".

Keesokan harinya, pada 22 Juli, pasangan remaja itu di skors dari sekolah. Lalu, empat bulan kemudian, pada 22 November, teman laki-lakinya dikeluarkan dari sekolah.

"Sekolah merupakan juga tentang reformasi (karakter) anak," kata kepala sekolah Sebastian T Joseph kepada BBC. "Kami memberinya kesempatan untuk meminta maaf, tapi ia dan orang tuanya sama sekali tidak merasa menyesal."

Tapi siswa laki-laki itu mengatakan bahwa ia sudah "langsung" meminta maaf.

BBC sendiri memperoleh salinan surat teguran yang dikeluarkan oleh sekolah, yang menuding kedua siswa itu mempertontonkan "kemesraan yang tidak senonoh, tidak bermoral dan tidak disiplin di depan umum" yakni di depan para siswa dan guru lainnya.

Dalam surat teguran itu juga mereka dituding mengunggah "percakapan dan foto-foto" yang "intim, eksplisit, vulgar, tidak senonoh dan tidak pantas" di blog pribadi dan Instagram.

"Akun Instagram saya bersifat pribadi dan hanya pengikut saya yang bisa melihat cerita saya," kata remaja laki-laki tersebut menuturkan kepada BBC. "Tidak ada hal yang vulgar atau cabul seperti yang disebutkan di surat teguran."

Sementara si gadis menuduh komite sekolah telah mengambil foto-foto yang mereka unggah di Instagram dan mencelanya dengan makian kasar.

"Seorang anggota komite menyebut saya perempuan jalang," katanya.

Orang tua anak laki-laki tersebut telah mengajukan banding ke komisi hak anak Kerala, yang memerintahkan sekolah untuk mencabut skorsing.

Namun sekolah tersebut malah mengajukan petisi ke pengadilan tinggi Kerala, yang mendukung kebijakan sekolah dengan alasan bahwa sekolah tersebut berhak melindungi "standar dan reputasinya".

Orang tuanya sekarang menunggu pengadilan dibuka kembali setelah liburan Natal sehingga mereka dapat mengajukan banding.

"Kami menggantungkan harapan kami pada pengadilan," kata ayah anak laki-laki itu, yang belum bekerja sejak putranya diskors, agar bisa mendukung dan menyelesaikan masalah anaknya.

Dia dan isterinya khawatir putra mereka tidak bisa mengikuti ujian akhir tahun, yang akan mempengaruhi peluangnya untuk masuk ke perguruan tinggi karena ini adalah tahun terakhir sekolahnya.

Siswa 16 tahunSiswa tersebut sudah tidak bersekolah lebih dari empat bulan. (BBC)

Pihak sekolah mengatakan kepada BBC bahwa mereka mengizinkan anak laki-laki tersebut pindah ke sekolah lain dan soal ujian, itu tergantung pada dewan pendidikan pusat.

Pada hari Kamis, anak laki-laki tersebut menerima surat dari kepala sekolah yang mengundang mereka bertemu pada tanggal 3 Januari, untuk 'mengkaji' kembali masalah tersebut.

Tapi situasi si anak perempuan masih belum jelas. Meskipun ia tidak ingin lagi belajar di sekolah St Thomas, namun ia masih berharap diizinkan ikut dalam ujian akhir.

"Saya ingin belajar di kampus yang lingkungannya yang lebih aman, yang tidak akan memperlakukan Anda dengan cara yang merendahkan," tambahnya.

Ia mengatakan telah mendaftar ke sekolah lain namun ditolak masuk karena "kejadian" tersebut.

"Pihak sekolah St Thomas telah melanggar hak saya atas pendidikan dan privasi," katanya. (***)



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait