News, Ekonomi, Pendidikan

Manfaatkan Biogas dari Kotoran Ternak, Warga Getasan Tak Pusing Elpiji Langka

| Selasa 05 Dec 2017 14:03 WIB | 1686




MATAKEPRI.COM, Semarang - Kelangkaan gas elpiji masih sering dikeluhkan sebagian warga. Namun tidak bagi warga Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Mereka sudah beberapa tahun tidak dipusingkan atau repot dengan kelangkaan gas elpiji.

 

Mereka mampu memanfaatkan biogas dari kotoran ternak sapi. Gas untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari dari biogas yang mereka kelola.

 

Warga Dusun Sumogawe, Desa Sumogawe Kecamatan Getasan ini sejak tahun 2012, memasak memakai biogas yang berasal dari kandang ternak.

 

"Kami memanfaatkan biogas untuk memasak sejak tahun 2012 sampai sekarang. Jadi saat sulit mencari elpiji, kami tetap bisa memasak setiap harinya dengan biogas ini," kata Sugiarti (41), warga Dusun Sumogawe RT 02/RW 02, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

 

 

Sekretaris Kelompok Tani Ternak (KTT) Gondang Makmur, Siyamto mengatakan, di Dusun Sumogawe ini ada lima kelompok tani ternak dengan total sekitar ada 500 ekor sapi perah. Mereka memanfaatkan kandang komunal untuk biogas.

 

"Anggota kelompok KTT Gondang Makmur ada 21 orang, selain di kandang komunal ada 26 ekor, rata-rata per anggota di rumahnya memelihara 3-4 ekor sapi perah," ujarnya.

 

 

Warga setempat semula ingin membuat kandang komunal yang ramah lingkungan dan bisa dimanfaatkan untuk biogas. Untuk itu, pembangunan terlebih dahulu membuat penampung kotoran sapi yang dikenal dengan digester dengan ukuran 45 kubik.

 

"Untuk kandang komunal bantuan salah satu perusahaan. Biogas tidak disalurkan kepada 21 anggota kelompok, tapi hanya 12 orang saja," tuturnya seraya menyebut kapasistas gas yang dihasilkan, itu.

 

 

Untuk di kandang komunal sendiri juga dilengkapi satu kompor. Kompor di kandang komunal dimanfaatkan anggota untuk membersihkan sapi sebelum diperas.

 

 

"Jadi para anggota yang mau meras sapi tidak perlu pulang ambil air panas. Mereka sambil membersihkan kandang bisa memasak air," ujar Siyamto yang di rumahnya memelihara 10 ekor sapi perah, itu.

 

 

 

Warga lain yang memanfaatkan biogas, Suryanti (42). Ia memakai biogas untuk keperluan memasak setiap harinya.

 

 

"Kami manfaatkan biogas untuk memasak setiap harinya. Gangguan biasanya peralon yang dilewati gas bocor, terus diganti," ujarnya.

 

Adapun kompor yang dipakai, kata dia, kompor itu dibuat saluran pipanya yang lebih besar. Kemudian kalau menghidupkan pipa di dekat kompor tinggal diputar saja.

 

"Seperti menghidupkan air tinggal pipa ini diputar, terus kompor dihidupkan. Ini ada pengukur tekanan untuk mengetahui kapasitas gas," tuturnya.

 

Sementara itu, Kelompok Tani Ternak (KTT) Barokah di Dusun Piji, Desa Sumogawe, juga memanfaatkan kandang komunal untuk biogas. Namun demikian saat ini baru disalurkan menuju 4 rumah dari 12 rumah yang direncanakan.

 

"Kemampuan kandang untuk 20 ekor sapi dan saat ini baru ada 10 ekor sapi. Kemampuan digester menampung kapasistas 38 kubik kotoran. Sehingga saat ini, baru disalurkan menuju 4 rumah," kata Ketua KTT Barokah, Supriyono saat dihubungi, Selasa (5/12/2017).

 

Ia mengaku, semenjak memanfaatkan biogas tersebut sekarang tidak mengetahui harga tabung gas elpiji. Pihaknya juga tidak mengetahui jika sekarang ini sedang sulit mencari gas elpiji.

 

"Saya nggak tahu kalau mencari gas elpiji sulit. Sejak 3 tahun lalu, saya nggak tahu harga gas elpiji itu berapa," tuturnya sambil tertawa. (www.detik.com/***)

 

 

 

 

 

 



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait