News, Pendidikan
| Selasa 28 Nov 2017 11:24 WIB | 1426
MATAKEPRI.COM, Bandung - Kapolda Jawa Barat Irjen Agung Budi Maryoto angkat
bicara soal sejumlah kasus perkelahian antarpelajar berujung maut. Agung
meminta guru lebih ekstra memerhatikan anak didik.
"Kepala sekolah dan gurunya itu harus tahu. Hal seperti
itu bisa saja merupakan budaya, masa enggak tahu," ucap Agung di Mapolda
Jabar, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Selasa (28/11/2017).
Agung menyebut persoalan perkelahian pelajar berujung maut
tidak bisa diselesaikan sendiri oleh polisi. Menurut dia perlu penanganan juga
dari pihak sekolah yang menjadi rumah kedua bagi siswa.
"Sebetulnya kalau diserahkan ke kepolisian enggak bisa
selesai. Kalau gurunya open, bisa diingatkan. Ada konseling kan diingatkan
supaya tidak terjadi," kata dia.
"Kalau nanti kita periksa gurunya ternyata ada
pembiaran, bisa kena pasal pembiaran itu," ujar Agung menambahkan.
Sepanjang November 2017 ini terjadi tiga kasus perkelahian
melibatkan anak bawah umur di Jabar. Perkelahian antarpelajar itu mengakibatkan
korban tewas.
Insiden maut pertama terjadi Sukabumi. Nyawa Rayhan Jamal
(17) tak terselamatkan saat menjalani penanganan medis. Siswa kelas III SMK
Lodaya Sukabumi itu luka parah terkena bacokan senjata tajam di bagian paha
akibat terlibat tawuran Jalan Raya Sukabumi-Bogor, Desa Cibolangkaler,
Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (17/11).
Peristiwa kedua berlangsung di Kabupaten Bogor. Pelajar SMP
dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Rumpin, Kabupaten Bogor, Jumat (24/11),
terlibat duel hingga satu siswa berinisial ARS tewas karena sabetan celurit.
Insiden ketiga terjadi di Banjaran Kabupaten Bandung. AR (11) berkelahi dengan AM (11) di Lapang Sepakbola SDN Ciapus 2 Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (25/11). Perkelahian itu mengakibatkan AM tewas. Polisi sudah mengamankan AR. Pihak keluarga AM menolak autopsi.(www.detik.com/***)