News, Hukum & Kriminal
| Selasa 14 Nov 2017 11:50 WIB | 970
MATAKEPRI.COM, Jakarta - Polri mengindentifikasi dua pelaku pembakaran Polres
Dhamasraya, Sumatera Barat, yang tewas ditembak petugas saat peristiwa
pembakaran terjadi, Minggu 12 November 2017 dini hari. Pelaku adalah Eka Fitria
(24) dan Enggria Sudarmadi (25) yang berasal dari Provinsi Jambi.
Akibat pembakaran tersebut, seluruh bangunan Mapolres
Dharmasraya hangus. Kendaraan-kendaraan dinas juga tidak bisa diselamatkan.
Dari lokasi pembakaran, polisi mengamankan sejumlah barang
bukti dari pelaku yang telah dilumpuhkan. Di antaranya, satu busur panah,
delapan buah anak panah, tiga buah sangkur, sebilah pisau kecil, sebuah sarung
tangan berwarna hitam, dan selembar kertas berisikan pesan "Saudara Kalian
ABU ‘Azzam Al Khorbily 21 Safar 1439 H di Bumi Allah".
Tim Densus 88 Antiteror pun menggeledah kediaman Eka Fitria
(24) pada Senin pagi 13 November 2017, sekitar pukul 08.30 WIB. Warga Kelurahan
Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi kaget
dengan kedatangan aparat Densus 88 ke salah satu rumah di daerah itu.
Sejumlah anggota Densus 88 itu membawa satu buah busur panah
dari rumah Eka. Ada juga sebilah golok dan beberapa bundel dokumen.
Berikut fakta-fakta mengenai pelaku pembakaran Polres
Dharmasraya:
1. Jaringan Teroris JAD
Eka termasuk dalam Jamaah Ansor Daulah (JAD), salah satu
jaringan ISIS di Indonesia yang menjadikan polisi sebagai musuh mereka.
Kelompok yang telah diidentifikasi Detasemen Khusus 88 itu tak segan-segan
menyerang fasilitas kantor, asrama, atau anggota Polri yang sedang bertugas.
"Sudah saya perintahkan Kadensus lakukan
pengejaran," tegas Kapolri Jenderal Tito Karnavian di Ambon, Maluku, Senin
(13/11/2017).
Kapolri menjelaskan, berdasarkan hasil penyidikan sementara
dan pengakuan orangtua Eka, anaknya itu pernah ke Sumedang dan menikah. Di
sanalah Eka diduga terkena paham radikal.
"Berdasarkan hasil penyidikan sementara, yang
bersangkutan masuk dalam jaringan terorisme, khususnya Jamaah Ansor Daulah yang
mendukung ISIS. Jamaah Ansor Daulah ini menganggap polisi adalah kelompok
thogut yang harus dijadikan musuh, " kata Kapolri.
Untuk itu, dia telah meminta jajarannya supaya meningkatkan
sistem pengamanan di masing-masing daerah, kantor-kantor kepolisian, tingkat
polda, polres, polsek, atau pos polisi.
"Tidak perlu siaga satu, Densus sedang mengejar mereka,
jaringan mereka sudah teridentifikasi," tutur Kapolri.
2. Anak Anggota Polisi
Orangtua Eka merupakan anggota Polri. Ia menjabat Kanit Reskrim Polsek Plepat, Polres Muaro Bungo, Jambi, bernama Iptu Muhammad Nur. Orangtua Eka Fitra Akbar menyampaikan permintaan maaf atas perbuatan anaknya tersebut.
"Orangtua dan mewakili pihak keluarga menyampaikan
permohonan maaf secara umum kepada Kepolisian dan khususnya kepada seluruh
personel Polres Dharmasraya atas perbuatan anaknya yang telah membakar Mako
Polres Dharmasraya," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas
Polri Brigjen Rikwanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin
(13/11/2017).
Selain permohonan maaf, ada hal lain yang disampaikan pihak
keluarga. Keluarga korban meminta kepada kepolisian untuk memakamkan jenazah di
Kabupaten Dharmasraya.
"Agar jenazah pelaku dimakamkan saja di Kabupaten
Dharmasraya secara Islami serta di tempat yang layak dan mendokumentasikan
pelaksanaan proses pemakaman tersebut," ucap Rikwanto.
3. Jualan Es Tebu
Eka Fitra Akbar, salah satu pelaku pembakar Mapolres Dharmasraya Sumatera Barat, ternyata sehari-sehari berjualan es tebu. Ia juga telah berkeluarga dan mengontrak di Jalan Damar Lrg. Bulian, Pasir Putih, Rimbo Tengah, Bungo.
"Kegiatan sehari-hari dari Eka adalah berjualan es
tebu," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen
Rikwanto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (13/11/2017).
Pelaku, ucap dia, tinggal di rumah kontrakan itu bersama
istrinya selama delapan bulan. Berdasarkan keterangan orangtua pelaku,
diketahui Eka pernah menyampaikan bahwa dirinya berniat ke Suriah.
"Dia ke Suriah ingin berjihad," ucap Rikwanto.
Selain itu, sehari sebelum peristiwa pembakaran Mapolres,
pelaku sudah berpamitan pergi dari rumah kontrakannya.
"Itu pada hari Sabtu tanggal 11 November 2017 sekira
18.30 WIB dengan berjalan kaki dan tidak ada meninggalkan pesan-pesan kepada
orangtua maupun istri," terang Rikwanto.
4. Rajin Berlatih Panah Api
Oleh warga sekitar rumahnya, Eka Fitria dikenal pendiam dan kerap berlatih memanah bersama beberapa rekannya.
"Saya sering melihat dia (Eka) berlatih memanah bersama
teman-temannya di daerah sini. Rutin, hampir tiap pekan," ujar Agus, salah
seorang tetangga Eka di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Rimbo Tengah,
Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi saat dihubungi Senin (13/11/2017).
Lokasi latihan memanah itu kerap dilakukan di belakang
sebuah masjid yang ada di komplek tersebut. Menurut Agus, latihan itu biasa digelar
setiap Minggu pagi.
Dari pengamatan Agus, Eka dan teman-temannya tak hanya berlatih memanah biasa. Terkadang ujung panah menggunakan api. "Namun saya tak curiga, saya pikir ya latihan biasa saja. Karena memang sering begitu," ucapnya. (www.liputan6.com/***)