Enggartiasto Lukita sebelumnya mengaku heran dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait komoditas beras yang menjadi salah satu penyumbang terbesar inflasi Oktober 2017.
Enggartiasto mengatakan, beberapa harga komoditas, termasuk beras, tidak mengalami gejolak kenaikan pada Oktober 2017. Namun, dari laporan BPS, beras menjadi salah satu penyumbang inflasi sebesar 0,04 persen. Dia heran karena seharusnya beras mengalami deflasi.
"Semua turun dan terkendali. Jadi luar biasa menurut saya, 0,04 persen ini pun kami berdebat, kok bisa 0,04 bukanya deflasi 0,04 persen. Karena harga semuanya di bawah harga tertimbang mereka ini," kata Enggartiasto, di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Sabtu (4/11/2017).
Enggartiasto mengaku telah memantau langsung ke beberapa wilayah di Indonesia‎ Timur. Fakta yang didapat pasokan beras cukup untuk memenuhi kebutuhan dan harga beras berada di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
"Kemarin saya ke NTT, ke Kupang, Labuan Bajo, Manado, Tomohon, Bitung, semua harga di bawah HET. Jadi yang di ujung (Indonesia Timur) sana saja bagus," ujarnya.
Enggartiasto juga enggan mempersoalkan data BPS terkait beras sebagai penyumbang inflasi. Harga beras, kata dia, tidak naik, bahkan turun.
"Ya sudah jangan berdebat, kami menerima. BPS lebih ahli dari pada kita saya kan urusan dagang saja," tutur dia.(www.liputan6.com/***)