News, Pendidikan
| Rabu 01 Nov 2017 14:57 WIB | 1671
MATAKEPRI.COM - Pernah merasa nyaman ketika menghirup wangi kue yang baru
saja dipanggang atau merasa ceria ketika diterpa wangi bunga-bunga bermekaran
di musim semi?
Itu bukan sekadar perasaan, karena ternyata hidung sebagai
indra penciuman memiliki kaitan kuat dengan emosi seseorang.
Menurut Marilena Aiello, seorang peneliti ilmu syaraf di
International School for Advanced Studies di Italia, alasannya adalah "Ada
bagian yang saling tindih di daerah-daerah di otak yang berurusan dengan
persepsi olfaktori dan bagian yang memproses emosi."
Lalu apa yang terjadi dengan indra penciuman jika orang
sedang bermasalah dengan emosi?
Dikutip dari Live Science pada Selasa (31/10/2017),
penelitian oleh Aiello dan rekan-rekannya menelaah caranya beberapa bebauan
mempengaruhi orang yang memiliki kondisi psikologis yang dikenal dengan
alexithymia, yaitu orang yang kesulitan menyatakan emosi-emosinya.
Menurut penelitian tersebut, dalam bahasa Yunani alexithymia
berarti "perasaan-perasaan tak terkatakan." Diperkirakan sekitar 1 di
antara 10 orang memiliki kondisi tersebut.
Orang pengidap alexithymia memiliki kesulitan memproses dan menghubungkan emosi-emosi berbeda, semisal keceriaan, marah, atau jijik.
Karena telah diketahui adanya kaitan antara bau dan emosi,
para peneliti ingin mengamati apakah alexithymia berdampak pada caranya orang
menanggapi bau-bau yang berbeda.
Untuk melakukan itu, para peneliti membagi kelompok 62 orang
dalam 3 kelompok menurut tingkat keparahan alexithymia (tinggi, menengah,
rendah).
Para peserta dipaparkan beberapa jenis bebauan, mulai dari
bau tak sedap hingga bau alamiah udara bersih, dan kemudian diminta
mengidentifikasi bebauan tersebut.
Selain itu, para peneliti juga mengevaluasi ambang deteksi
bebauan yang berbeda di kalangan peserta.
Kemudian para peserta diminta menilai 3 "kategori"
bau yang berbeda, yaitu tidak sedap, netral, dan udara bersih (ketiadaan bau).
Para peserta juga menilai intensitas, tingkat kenikmatan, dan tingkat familiar
masing-masing bau.
Selama pengujian, para peniliti mengukur denyut jantung dan
tanggapan daya hantar peserta dengan maksud mengukur tingkat rangsangan pada
seseorang. Tujuannya adalah untuk mengukur reaksi fisik peserta terhadap
bebauan.
Para peserta juga diminta melengkapi kuesioner yang mengukur kesadaran mereka tentang bebauan di lingkungan dan kemampuan membayangkan bebauan yang berbeda.
Hasilnya...
Kenali 5 Kondisi Penyebab Bau Badan
Para peneliti mendapati bahwa orang-orang dengan alexithymia
menengah hingga tinggi menunjukkan tanggapan fisik yang lebih besar terhadap
bebauan.
Jantung mereka berdebar lebih cepat dan daya hantar listrik
pada kulit bertambah dibandingkan dengan orang-orang dengan alexithymia kadar
rendah.
Temuan itu bertentangan dengan beberapa penelitian
sebelumnya yang menyimpulkan bahwa orang-orang dengan alexithymia seringkali
hanya sedikit memberi tanggapan atau bahkan tidak ada tanggapan sama sekali.
Menurut para peneliti, "Hasil yang diraih menunjukkan
bahwa salah satu karakteristik alexithymia adalah pergeseran tanggapan
fisiologis terhadap rangsangan olfaktori."
"Berlawanan dengan apa yang diduga orang, penelitian
ini mengungkapkan caranya reaksi fisiologis pada orang-orang pengidap
alexithymia terhadap emosi-emosi yang dipancing dengan bebauan justru lebih
intens, bukan melemah."
Selain itu, temuan penelitian mengungkapkan bahwa para
peserta dengan alexithymia bersifat kognitif bereaksi secara berbeda
dibandingkan dengan mereka yang mengidap alexithymia bersifat afektif.
Alexithymia bersifat kognitif mengganggu kemampuan untuk
mengidentifikasi, menyatakan, dan memilah emosi. Sedangkan alexithymia bersifat
afektif menekan sensasi, imajinasi, dan kreativitas seseorang.
Menurut para peneliti, "Kami menyimpulkan bahwa
alexithymia dicirikan dengan reaksi fisiologis terhadap rangsangan
olfaktori."
"Selanjutya, kami menekankan pentingnya menelaah komponen-komponen berbeda dalam alexithymia karena berdampak terhadap pemrosesan rangsangan emosional secara berbeda."(www.liputan6.com/***)