News, Hukum & Kriminal
| Senin 02 Oct 2017 16:13 WIB | 1790
MATAKEPRI.COM - “Saya menyesal, karena tidak percaya pada ucapan orang-orang
bahwa Prabowo itu sangat otoriter, penculik sadis, Orde Baru Jilid Dua,†tulis
Jon Riah Ukur membuka tulisannya dalam satu postingan pertengahan Juli lalu.
“Era Prabowo jauh lebih sadis ketimbang Orde Baru. Masa
ormas dibubarkan dengan sangat sewenang-wenang dan media sosial katanya mau
diblokir semua? Sungguh era Prabowo adalah rezim paling otoriter sepanjang
masa!†ia melanjutkan.
Dari Medan, Sumatera Utara, sebagaimana lokasi tulisan itu
diklaim dibuat, Jon Riah Ukur, pemilik nama beken Jonru Ginting, mengunggah
tulisan dalam Fanpage Facebook miliknya, berjudul “Saya Menyesal Memilih
Prabowo.â€
Tulisan itu mendapat 44 ribu likers dan dibagikan 11.964
kali dengan merebut 9.000 komentar warganet.
Jonru, dalam tulisan itu, sebenarnya bukanlah mengkritik
Prabowo Subianto, calon presiden yang pernah ia dukung dan dua kali gagal dalam
pemilihan presiden. Namun, tulisan itu ditujukan kepada Presiden Joko Widodo
karena telah memblokir Telegram, sebuah layanan pesan instan terenkripsi buatan
pengusaha Rusia Pavel Durov, yang ikut berdampak pada saluran miliknya.
Pada 14 Juli lalu memang Kementerian Komunikasi dan
Informatika sempat memblokir Telegram karena dinilai mengandung konten ilegal
dengan menganjurkan perbuatan teror seperti membuat bom. Sikap sepihak
kementerian itu mendapat tanggapan dari pelbagai kalangan, tak terkecuali oleh
Jonru, orang yang rajin mengkritik presiden Joko Widodo sejak pemilihan
presiden 2014.
Bukan hanya pemblokiran aplikasi Telegram, dalam tulisan
tersebut, Jonru mengkritisi langkah pemerintah membubarkan Hizbut Tahrir
Indonesia, menuduh bahwa “aroma PKI semakin terasa … dan masih banyak kejadian
sadis lainnya.â€
Postingan Jonru memang kerap mengaduk-aduk emosi bagi lawan
politiknya. Namun, meski diserang balik di media sosial dan tak jarang pula
memuat fitnah terhadapnya, Jonru tetaplah Jonru; ia sukses meraup likers di
akun Fanpage Facebooknya (hingga kini nyaris 1,5 juta).
Jonru memang mengumumkan diri pada Pemilihan Presiden 2014
sebagai pendukung pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Karena dukungan
itu pula, pada 2014 Fanpage Facebook Jonru disukai 100 ribu akun.
“Kenapa belakangan ini saya banyak menulis tentang politik,
khususnya pilpres? Tak lain dan tak bukan karena lagi tren. Besok ketika
pilpres sudah berlalu dan orang-orang sudah melupakannya, saya pun akan
berhenti bicara politik. Dan ketika ada momen politik lagi, saya akan kembali
membicarakan politik,†tulis Jonru, 11 Juli 2014.
Menyerang Ahok dan Jokowi
Jonru Ginting menggenapkan janjinya. Ia makin getol
menggunjingkan isu politik, terutama terhadap orang yang duduk di Balai Kota
Jakarta dan orang yang duduk di Istana Presiden. Timbunan postingannya soal
Jokowi, Ahok, Prabowo, 'Umat Islam' dan sejenisnya telah menutupi predikatnya
sebagai blogger sehat yang pernah diraihnya pada 2010.
Dua tahun sebelum panggung Pilkada DKI Jakarta 2017 mengoyak
ikatan saudara dan kian mempolarisasi sentimen politik, Jonru sudah mengkritik
Basuki “Ahok†Tjahaja Purnama.
Dalam satu postingan pada 9 Maret 2015, Jonru nyinyir kepada
Ahok karena sering melontarkan ucapan-ucapan kasar.
“Ahok berteriak “PDAM bajingan†dan berbagai macam makian
lain, para pemujanya tetap setia membela. Tapi ketika ada makian “Ahok anjingâ€
satu kali saja, pelakunya langsung di-bully habis-habisan oleh pemuja Ahok,â€
tulis Jonru.
Komentar kritis, nyinyir, dan benci kepada Ahok terus
berlanjut. Pada 2016, misalnya, Jonru mengunggah berita yang ditulis kompas.com
mengenai pernyataan Ahok soal bir. Ia mengaitkan pernyataan Ahok dengan isu
keterlibatannya dalam kasus pembelian tanah Rumah Sakit Sumber Waras:
"DICARI: Seorang pria yang dulu berkata bir tidak berbahaya."
"Di mana ya sekarang orangnya? Apa masih sibuk mengurus
Sumber Waras dan Podomoro?" tulis Jonru pada 9 Mei 2016. Kritik itu
kemudian dibalas beragam tanggapan dari warganet yang menyerang balik Jonru
oleh para pendukung Ahok.
Jonru juga lihai menerapkan peribahasa 'sekali merengkuh
dayung, dua tiga pulau terlampau. Postingan berjudul "Ahok yang Bikin
Ulah, Eh... Justru Jokowi yang Repot," pada 1 November 2016, ia menyerang
Ahok sambil menyeret Jokowi dengan mengaitkan kasus dugaan penistaan agama yang
menjerat Ahok yang bikin “repot†Jokowi.
Jokowi, seperti ditulis Jonru, harus "mendatangi
Prabowo ke Hambalang, mengadakan pertemuan dengan Pemred media massa,
menyiapkan pasukan keamanan, mengundang MUI, NU, dan Muhammadiyah, dan beberapa
aksi lainnya."
"DUH, REPOT AMAT PAK!!!" tulis Jonru, sembari
menyematkan foto kedua politikus itu dikerubungi para wartawan demi menambah
unsur dramatisasi.
Mendukung Anies-Sandiaga
Apa yang dilakukan Jonru mengkritik Jokowi dan Ahok pun
tergambar dari sikap politiknya pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
Dalam postingannya pada 23 September 2016, berjudul
"Mendukung Anies Baswedan Sungguhlah Berat!", Jonru berbagi alasannya
mendukung kandidat yang diusung Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera
tersebut.
"Duh, rasanya sungguhlah berat jika saya harus
mendukung Anies Baswedan," tulis Jonru. "Untungnya, tiba-tiba saya
ingat sesuatu: Ketika masih menjabat sebagai menteri, prestasi beliau sungguh
luar biasa. Pak Anies Baswedan sempat membuat kebijakan menghapus MOS, dan
beberapa kebijakan lain yang positif dan mendapat pujian khalayak ramai.
Lalu tiba-tiba beliau dipecat oleh Jokowi. Sebuah tindakan
yang saat itu sangat disayangkan oleh banyak pihak, termasuk oleh para
pendukung Jokowi sendiri.
"Anies Baswedan sudah berubah." Itulah kesan yang
saya tangkap dari rangkaian cerita di atas. Dan saya berharap semoga itu
benar,†tulis Jonru.
“Mungkin beliau telah menyesal karena dulu jadi timses
Jokowi,†tulis Jonru, lagi.
Pada unggahan lain bertanggal 28 September 2016, Jonru makin bulat mendukung pasangan yang memenangkan konsetasi Pilkada Jakarta itu karena didukung oleh para “ulama†seperti Bachtiar Nasir, Al Khaththath, dan Zaitun Rasmin, dengan menyelipkan foto mereka bersanding dengan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.(tirto.id/***)