Batam

WARTAWAN DI PERBATASAN HARUS BERANI MENYAMPAIKAN FAKTA

| Rabu 16 Aug 2017 18:02 WIB | 1421



Suasana diskusi


Diskusi Perbatasan Forum Pimred Kepri

WARTAWAN yang bertugas meliput peristiwa di perbatasan, harus berani menyampaikan fakta. Meskipun konsekwensinya, tak jarang harus menghadapi tekanan, baik itu dari aparat maupun masyarakat.

Demikian ungkap Kepala Perwakilan LKBN (Lembaga Kantor Berita Negara) Antara, Evy Samsir dalam paparannya di depan peserta diskusi publik soal perbatasan, di Hotel PIH Batam Center, Selasa, 15 Agustus 2017.

Dalam diskusi yang digelar oleh Forum Pimpinan Redaksi (Pimred) Provinsi Kepri itu, Evy Samsir menambahkan, dirinya sudah melakukan perjalanan liputan di pulau-pulau terluar Provinsi Kepri.

"Di Pulau Pekajang, saya melihat tentara di sana bukan minum air tawar atau air hujan lagi, tapi air laut," ungkapnya dalam diskusi publik bertajuk, "Peran Media di Wilayah Perbatasan. Dalam Membangun Semangat Nasionalisme Guna Mensukseskan Kepentingan Nasional" itu.

Itulah bukti, lanjut Evy Samsir, kecintaan para tentara itu kepada republik ini. Kemudian, kisah mereka itu pun diberitakan. Sampai akhirnya mendapat atensi dari Panglima TNI.

Sementara itu, Ketua Forum Pimred Kepri, Andi, dalam paparanya mengungkapkan, saat ini bentuk dari peran yang dilakukan oleh manajemen Haluan Kepri untuk mendukung nasionalisme di perbatasan adalah, dengan memberkan subsidi.

"Kalau dihitung, ongkos kirim koran ke Natuna, Anambas atau Linggu itu sudah tak cukup lagi, kami rugi dari sisi bisnis," ungkap Andi.

Tapi, lanjut Pemred Haluan Kepri itu lagi, demi membangun rasa nasionalisme dan kepentingan nasional, maka manajemen Haluan Kepri rela mensubsidi.

Sementara itu, dosen Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau Pekanbaru, Muchid Albintani menuturkan, ada tiga jenis katagori wartawan di perbatasan.

"Pertama, sikap wartawan di perbatasan menjadi tolok ukur atau indikator terhadap klasifikasi Oportunis, Pragmatis dan Mandiri," ujar pria kelahiran Kijang, Pulau Bintan, Kepri itu.

Kedua, lanjut mantan wartawan Majalah Tempo di Malaysia itu, sikap wartawan di perbatasan sebagai ketauladanan dan spirit bagi membangun semangat nasionalisme dan mensukseskan kepentingan nasional.

Ketiga, karena berada di wilayah perbatasan sikap wartawan dapat menghindari potensi terjadinya separatisme  dan disintegrasi bangsa.

Keempat, sikap wartawan dapat memperteguh apa yang menjadi tolok ukur serta wujud nyata ‘kepentingan nasional’ tersebut.

Diskusi publik yang dihadiri BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) dari berbagai kampus itu diawali dengan paparan Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Riau Kepulauan (Unrik) Batam, Rumbadi Dalle.

"Selama ini kita selalu tunduk sama asing, kita harus punya keseimbangan dalam membangun spirit nasionalisme di perbatasan," tegas Rumbadi Dalle yang 16 tahun berkarir sebagai wartawan di Majalah Tempo. (kmg)



Share on Social Media