News

Hacker Sebut Tarif Telkomsel Mahal, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB: S

| Jumat 28 Apr 2017 20:04 WIB | 2633



istimewa


MATAKEPRI.COM, Jakarta - Hacker yang meretas situs Telkomsel mengeluhkan tentang mahalnya tarif data internet operator itu. Apa benar tarif internetnya lebih mahal dari negara lain?

Jawabannya: tidak! Itu menurut pendapat Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi. Dalam catatannya, tarif internet Telkomsel dan operator lainnya, tidak lebih mahal.

"Tarif data internet Telkomsel masih sangat wajar. Bahkan, kita masih termurah di dunia sesudah India," ujar Ridwan yang sempat dua periode menjabat sebagai anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) ebagaimana dilansir detik, Jumat (28/4/2017).

Klaim itu disampaikan olehnya berdasarkan pengalamannya dengan operator di luar negeri. Dipaparkan Ridwan, operator seluler di Amerika Serikat, misalnya, menawarkan tarif 40 USD atau sekitar Rp 520 ribu untuk paket 8GB.

"Di kita ada paket yang 45 ribu. Di luar coba, di Spanyol Rp 500 ribu, di Amerika Rp 520 ribu. Kemarin di Cordoba, saya kena 30 euro untuk paket yang sama. Untuk tarif voice relatif sama, 10 sen per menit. Sekitar Rp 1.700 per menit. Sementara kalau di Inggris, sekitar 15 sen poundsterling per menit atau Rp 3.000 per menit," ujarnya.

Dengan demikian, tarif voice atau percakapan suara di luar negeri, rata-rata masih lebih tinggi dua kali lipat. Bahkan, tegas Ridwan, tarif data di luar negeri bisa sampai dengan 10 kali lipat lebih mahal dibanding operator di Indonesia.

"Jadi kalau voice, walaupun di luar negeri lebih mahal, ordenya masih 1-2 kali lebih mahal. Beda dengan data kan, jauh lebih mahal. Tarif voice di luar sama di kita sampai dengan dua kali saja, tapi kalau tarif data bisa sampai dengan sepuluh kalinya di kita," ucapnya.

Dengan kondisi ini, justru Ridwan menilai, operator saat ini masih lebih banyak melakukan subsidi silang dari layanan voice ke data. Justru jika hal itu diterapkan ke pengguna, akan tidak adil bagi masyarakat luas.

"Semua operator sekarang ini mensubsidi harga paket data dari revenue voice. Dari sisi kerakyatan ini sangat tidak adil, revenue voice kebanyakan berasal dari masyarakat menengah ke bawah, sementara pemakai data adalah masyarakat menengah ke atas," papar Ridwan.

"Perlu disadari saat ini tarif paket data retail kebanyakan masih di bawah ongkos produksi. Saat ini terbukti efek gunting itu, dimana trafik data melesat semakin tinggi, sementara revenue operator datar-data saja. Kelihatannya Telkomsel ingin mengurangi gap itu," jelasnya lebih lanjut.

Sementara menurut Adita Irawati, Vice President Corporate Communications Telkomsel, tarif yang mereka tawarkan ke pelanggan merujuk pada komponen biaya jaringan, termasuk untuk kebutuhan akses bandwidth internasional.

Ia pun berterima kasih dan menghargai keluhan masyarakat pengguna soal tarif kuota Internet. Hal ini, menurutnya, telah menunjukkan bahwa produk seluler Telkomsel digunakan oleh masyarakat luas. 

"Untuk itu, Telkomsel menawarkan berbagai pilihan paket Internet kepada pelanggan, dengan berbagai pilihan harga. Saat ini, pelanggan Telkomsel mencapai 169 juta pelanggan dimana sekitar 50% diantaranya tercatat sebagai pelanggan 3G/4G," ujarnya.

"Terkait tarif tentunya ini berkaitan dengan kualitas yang ingin kami berikan agar pelanggan dapat menikmati layanan broadband Telkomsel di mana pun mereka berada," papar Adita lebih lanjut.

Saat ini layanan Telkomsel hadir di 95% wilayah populasi Indonesia melayani seluruh pelanggan hingga ke pelosok negeri dan bahkan hingga perbatasan. Layanan 4G Telkomsel juga telah hadir di sekitar 500 ibu kota/kabupaten untuk memberikan pelanggan pengalaman internet cepat. 

Telkomsel juga telah melaksanakan pembangunan sekitar 25,000 BTS baru sepanjang 2016, yang mana 92% diantaranya merupakan BTS 3G/4G. Total saat ini, Telkomsel memiliki total BTS sekitar 137,000 unit, dengan komposisi BTS 3G/4G sebesar 61%. 

"Semua ini tentunya kami tujukan untuk bisa membantu masyarakat memperoleh akses telekomunikasi yang dapat mendukung aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh Indonesia," pungkas Adita.(*)




Share on Social Media