News

WASPADA, Teroris Tengah Kembangkan Teknologi Bom ke Dalam Piranti Elektronik

| Sabtu 01 Apr 2017 11:48 WIB | 2375



Ilustrasi


MATAKEPRI.COM - Otoritas intelijen dan lembaga penegak hukum Amerika Serikat mengungkap, teknologi bom yang dikembangkan kelompok teroris di dalam piranti elektronik, mampu menghindar dari sistem keamanan bandara.

Kelompok teroris diduga Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), diyakini tengah mengembangkan teknologi inovatif untuk menanam bom di alat elektronik tanpa terdeteksi. 

Hal itu terungkap dalam uji coba yang digelar biro penyelidik federal (FBI). Hasilnya, bom-bom itu mampu melewati sistem pengamanan dan pemindai yang umumnya ada di bandara.

Temuan ini pun semakin menguatkan dugaan intelijen AS bahwa teroris telah memperoleh peralatan keamanan bandara yang canggih, untuk menguji cara efektif menyembunyikan bahan peledak di laptop dan perangkat elektronik lainnya.

Pihak intelijen AS yang berkumpul dalam beberapa bulan terakhir, memainkan peran penting dalam keputusan pemerintah Presiden Donald Trump terkait penerbangan. 

Belum lama ini, Pemerintah AS melarang wisatawan terbang keluar dari 10 bandara di delapan negara di Timur Tengah dan Afrika dengan membawa laptop dan perangkat elektronik besar lainnya di dalam kabin.

Namun, temuan terakhir ini semakin memunculkan pertanyaan, apakah ketentuan Trump itu cukup efektif untuk menghambat serangan teror?

Seperti dilansir laman CNN, Sabtu (1/4/2017), melalui serangkaian uji coba yang digelar akhir tahun lalu, FBI menemukan fakta bahwa bom di dalam laptop sangat sulit terdeteksi oleh mesin pemindai di bandara.

Uji coba FBI ini menitikberatkan pada model spesifik mesin pemindai yang telah memenuhi standar Administrasi Keamanan Transportasi (TSA) dan digunakan AS dan seluruh dunia.

"Terkait masalah kebijakan, kami tak akan memberikan keterangan detail tengah informasi intelijen ini," demikian ditulis pihak Departemen Keamanan Dalam Negeri AS.

"Kendati demikian, diyakini kelompok teroris menyasar penerbangan komersial, termasuk dengan cara menyelundupkan bahan peledak di dalam piranti elektronik."

Disebutkan pula, Pemerintah AS melanjutkan proses pengujian dari data intelijen yang ada, dan mengumpulkan data terbaru.

Hal ini pun seharusnya memaksa otoritas keamanan bandara untuk mengevaluasi sistem pengamanan yang berlaku dan digunakan saat ini.(*)




Share on Social Media