News

Amerika dan Inggris Larang Penggunaan Alat Elektronik Lebih Besar dari Ponsel. Ini Alasannya

| Selasa 28 Mar 2017 12:54 WIB | 1057



Ilustrasi


MATAKEPRI.COM - Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris mengumumkan larangan penggunaan beberapa alat elektronik dari penerbangan sepuluh bandara. 

Penumpang dari bandara Maroko, Turki, Mesir, Jordania, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Mesir dan dua bandara Uni Emirat Arab menuju Amerika Serikat dilarang membawa peranti elektronik lebih besar dari ukuran smartphone.

"Kami mengerti kekecewaan yang dapat disebabkan hal ini, dan kami bekerja sama dengan industri penerbangan untuk meminimalisasi efeknya," kata Transport Secretary Chris Grayling dikutip dari BBC UK.

Karena larangan tersebut, kini penumpang tak boleh membawa barang elektronik dengan ukuran yang lebih besar dari smartphone, tepatnya lebih dari ukuran 16 cm x 9,3 cm.

Dengan kata lain, laptop, tablet, e-reader, kamera, pemutar DVD portabel, konsol game dengan ukuran lebih besar dari ponsel, travel printer atau scanner tak diperbolehkan masuk ke kabin pesawat dan harus dimasukkan ke bagasi.

Peraturan tersebut dinilai tidak menyenangkan bagi para pelancong. Soalnya, bukan hanya perangkat elektronik tersebut digunakan sebelum penerbangan, membawa elektronik berharga ke kabin sama dengan menjamin dari kehilangan atau kerusakan saat ditempatkan di bagasi.

Department Homeland Security (DHS) AS mengatakan bahwa larangan ini dibuat untuk mencegah aksi teror. Sebab, aksi teror masih menjadikan penerbangan sebagai sasaran.

"Menerapkan langkah-langkah keamanan tambahan, meningkatkan kemampuan untuk mengurangi upaya (teror) lebih lanjut terhadap industri penerbangan di luar negeri," sesuai kutipan di situs DHS.

Dengan adanya peraturan tersebut, perusahaan ground handling di Indonesia, PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (PT JAS) nantinya akan memastikan seluruh penumpang yang akan terbang ke AS dengan penerbangan apa pun dilarang membawa perangkat elektronik ke dalam kabin selain handphone dan smartphone.

"PT JAS harus menyesuaikan penanganan ground handling-nya dengan kebijakan dari tiap maskapai pelanggan," ujar Andi dalam keterangan resmi, Jakarta, Jumat (24/3/2017).

Ledakan di pesawat karena laptop sebelumnya pernah terjadi di pesawat Somalia. Dubes Somalia untuk Swedia, Awale Kullane, berada di pesawat dan merekam insiden yang menyebabkan lubang di badan pesawat.

Ketika itu posisi pesawat belum tinggi sehingga pilot bisa mendaratkannya kembali ke bandara di Mogadishu.(***/isu)




Share on Social Media