News

Paus dan Obama Saja Kagumi Pancasila, Masa Kita Tidak?

| Sabtu 25 Mar 2017 09:26 WIB | 1649




MATAKEPRI.COM, Medan - Keberadaan Pancasila sebagai perekat kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang sangat majemuk sungguh mengagumkan. 

Bahkan pemimpin agama di dunia dan presiden Amerika Serikat sangat tertarik menerapkan prinsip Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika yang mampu menjadi pemersatu ratusan suku, bahasa dan keberagaman agama.

Demikian dirangkum dari homili atau khutbah Uskup Agung Medan Monsignore (Mgr) Anicetus Bongsu Sinaga OFMCap, serta Menteri Hukum dan HAM Yasonna Hamonangan Laoly saat pembukaan  Musyawarah Nasional Ikatan Sarjana Katolik  (Munas ISKA) 2017 di Catholic Center Medan, Jalan Mataram, Kota Medan, Sumatera Utara, Jumat (24/3/2017) dalam rilis yang diterima Matakepri.com.

Mgr AB Sinaga pun mengingat kedatangan ke Indonesia pemimpin umat Katolik se-dunia Sri Paus Johanes Paulus II, pada 8 - 12 Oktober 1989. Saat itu, Sri Paus menyinggahi Jakarta, Jogjakarta, Maumere (Flores), Dili (Timor Timur - waktu itu masih provinsi ke 27) dan Medan.

"Paus Yohanes Paulus II saat berkunjung ke Indonesia, sangat mengagumi Pancasila dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, kemudian akan mencanangknya praktiknya di gereja Katolik di seluruh dunia. Prinsipnya bahwa kesatuan dan kebinnekaan adalah satu kesatuan, kebhinnekaan tidak boleh mematikan kesatuan, demikian juga kesatuan tidak boleh meniadakan kebhinnekaan," katanya.


Uskup Sinaga, melanjutkan, "Bahkan Barrack Obama (presiden Amerika Serikat) cemburu kepada negara Pancasila. Karena  di sana yang hanya ada dua warna kulit, dan warna lainnya saling menembak dan membunuh." 

Dia juga menguraikan pengalamannya saat kuliah di Kanada. Negara yang hanya terdiri dari dua pembeda, dalam hal ini Bagasa Belanda dan Perancis. Namun berpenduduk belasan juta itu, kerap dilanda konflik dan permusuhan sentimentil. 

Sementara di bumi Indonesia, 361 suku dan bahasa bisa rukun dan bersaudara. "Karenanya, sesuaui dengan Perintah Tuhan, agar Umat mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri," ujarnya.

Kepada ISKA secara lembaga dan pengurusnya, Uskup AB Sinaga berharap, aga berkumpul untuk memperbaharui dan merevitalisasi cinta kepada bangsa Indonesia. Serentak sebagai ungkapan iman kepada Tuhan Maha Esa.

ISKA tidak berpretensi berbuat yang lain. Apalagi, bangsa Indonesia yang dikagumi seluruh dunia. Itu terjadi karena prinsip Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila.

Menurut Mgr AB Sinaga, Indonesia yang terdiri atas beragam suku bangsa dan bahasa menghadapi tantangan. Di antaranya, saat ini, banyak tantangan yang ingin mencoba mengobah prisip dasar ideologi Pancasila.

 "Kita telah menjadi saksi dari beberapa kekuatan yang hendak memecah belah bangsa ini. Tetapi melalui pertemuan ISKA ini, kita hendaknya mengulangi dan menegaskan dasar negara kita," kata Uskup berserunya dari podium saat menyampaikan homili atau  khutbah.

Jangan Mau Dipecah-belah

Di tempat serupa, Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Hamonangan Laoly hadir membuka Munas ISKA 2017. Munas tersebut mengusung tema "Revitalisasi Peradaban Pancasila Menuju Seabad Indonesia".

Pembukaan Munas ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri didampingi Uskup Agung Medan, Monsignore (Mgr) Anicetus Bongsu Sinaga OFMCap,  Wakil Gubernur Sumatera Utara, Hj Nur Azizah Marpaung, Ketua Presidium Pengurus Pusat ISKA Muliawan Margadana, Ketua DPD ISKA Sumut Hendrik Sitompul, Wakil Wali Kota Medan Akyar Nasution dan tokoh masyarakat Katolik lainnya.


Dalam sambutannya, menteri kelahiran Tapanuli Tengah Sumatera Utara, ini, mengharapkan, melalui Munas agar ISKA terus merevitalisasi Pancasila sebagai peradaban dalam kehidupan sehari-hari.

"Jangan mau dipecah-belah sebagai anak bangsa. Saya mengajak ISKA dalam Munasnya mengeluarkan program-program yang mendorong Cinta Indonesia, yakni berdasarkan, filosofi dan ideologi bangsa Indonesia," kata Laoly, pria berkacamata bulat.

Politisi PDIP ini menegaskan, sebuah bangsa harus memiliki keinginan bersatu. Serta senasib sepenanggungan.

100 Persen Katolik dan 100 Persen Indonesia

Ketua Presidium Pengurus Pusat ISKA, Muliawan Margadana, menyampaikan, sebagai bagian tidak terpisahkan dari warga negara Indonesia, ISKA sangat jelas posisi dan sikapnya. Yakni, sebagai bagian dari Front Pancasila, yang akan mempertaruhkan segalanya untuk mempertahankan Dasar Negara. 

Muliawan menyampaikan beberapa butir penting dalam menjaga keadaban Pancasila, ISKA mengajak seluruh komponen bangsa untuk terus menjaga Pancasila. 

"Sesuai dengan amanat tokoh Katolik dan Pahlawan Nasional, almarhum Mgr Sugijopranoto SJ, kita harus menjadi Katolik 100% dan Indonesia 100%, tidak boleh kurang atau lebih," kata Muliawan, ketua presidium yang sudah menjabat dua periode.

Menurut Muliawan, tema Munas 2017 "Revitalisasi Peradaban Pancasila Menuju Seabad Indonesia" sengaja  diambil. Alasannya, NKRI sedang menghadapi bahaya laten radikalisme. Serta upaya yang luar biasa untuk membenturkan sesama putra dan putri bangsa ini menuju jurang perpecahan. 

Untuk itu, ISKA selalu mendengungkan solidaritas tanpa sekat. Menurutnya, disadari ataupun tidak saat ini Indonesia sudah memasuki Perang Generasi ke empat yang mengandalkan soft and smart power.

Dia berharap agar para cendekiawan, khusunya ISKA, dalam setiap relung kehidupan harus muncul menjaga benteng Idiologi berbangsa dan bernegara. "Tentu sebagai bagian tidak terpisahkan dari Republik ini, maka ISKA sangat jelas posisi dan sikapnya sebagai bagian dari Front Pancasila.  Sehingga akan mempertaruhkan segalanya untuk mempertahankan Dasar Republik ini.

Ketua Panitia Munas ISKA 2017 Marius Sirumapea, menjelaskan kegiatan tersebut dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, acara misa keagamaan, kedua pembukaan, dan yang ketiga akan dilanjutkan dalam kegiatan Munas yang diisi antara lain seminar lokal, seminar nasional dan sidang-sidang ISKA.

Acara akan dilanjutkan Sabtu (25/3/2017) diisi acara antara lain seminar nasional, diikuti pemilihan Ketua Presidium Pengurus Pusat ISKA periode 2017-2020.

Selain acara di Catholic Center Medan, lebih lanjut Marius, panitia mengaja peserta Munas kunjungan wisata ke Pulau Samosir, dan Danau Toba. 

"Sesuai dengan program pemerintah, yang ada di program Badan Otorita Pengelola Danau Toba (BOPDT), ISKA merasa bertangung jawab untuk mendukung pelestarian Danau Toba," kata Marius.

Selanjutnya, panitia akan pulang menuju Medan rute Tele. Sesampai di Kabupaten Karo, peserta Munas kunjungan sosial menyambangi korban Erupsi Gunung Sinabung yang sebagian masih berada di pengungsian.

Seminar Danau Toba dan Pancasila

Munas ISKA 2017 yang diselenggarakan di hall lantai 8 Catholic Center Medan, Jalan Mataram No 21 Medan. Acara berlangsung empat hari, Jumat sampai Senin (24-27 Maret 2017).

Setelah pembukaan Munas yang diawali misa kudus dipersembahkan Uskup Agung Medan, Monsinyur Anicetus Bongsu Sinaga OFM Cap, dilanjutkan seremoni pembukaan Munas oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly.

Acara Munas juga akan diisi tiga sesi seminar, yakni seminar pertama  tentang topik "Pengembangan Parwisata dan Peradaban Masyarakat Lokal".

Seminar pertama, Jumat malam, menampilkan pembicara  Gubernur Sumatera Utara H Tengku Erry Nuradi, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo dan Uskup Agung Medan Mgr Anicetus B Sinaga OFM Cap.

Kemudian seminar kedua pada Sabtu (25/3) bertema "Ketahanan Ekonomi Nasional" menampilkan dua pembahas, yaitu Ignasius Jonan (Menteri ESDM) selaku keynote speaker dan Bambang Eka Cahyana [Direktur Utama PT Pelindo I (Persero)].

Pada hari yang sama Seminar III bertema "Revitalisasi Peradaban Pancasila" diulas tiga pembicara yaitu Yudi Latif, MA. PhD (Pengamat Politik), Letjen TNI (Purn)  Agus Widjojo (Gubernur Lemhannas) serta Muliawan Margadana (Ketua Presidium PP ISKA). (***/isu)




Share on Social Media