Batam

Diskusi Peringatan Hari Air Sedunia : Batam Sangat Rentan Alami Krisis Air

| Rabu 22 Mar 2017 22:05 WIB | 2753

SPAM/PDAM



MATAKEPRI.COM, BATAM - Sebagai bentuk kepedulian akan pentingnya keberadaan air bersih di Batam, Surat Kabar Posmetro Batam menggelar diskusi terbatas dengan tagline "masa depan air kita" di lantai 6 Gedung Graha Pena Batam Centre, Rabu (22/3/2017) pagi. 

Diskusi yang bertepatan dengan peringatan Hari Air Sedunia dan diperingati setiap tanggal 22 maret ini, menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten. Mulai dari Pejabat di BP Batam, Pemerintah Provinsi Kepri, President Director ATB Ir Benny Andrianto MM serta Kepala PDAM Tirta Kepri.

Forum diskusi yang dikemas dalam bentuk serius tapi santai (Sersan) ini, diwarnai dengan banyaknya sesi tanya dan jawab terkait kondisi air baku di Pulau Batam pada lalu, kini dan masa yag akan mendatang.   

President Director ATB Ir Benny Andrianto MM mengatakan sebagai perusahaan yang mengelola air bersih di Pulau Batam, ATB sendiri memiliki cakupan pelayanan 99,5 persen, kontinuitas air 23,7 jam sehari, tingkat kebocoran 15,28 persen dan jumlah pelanggan saat ini sebanyak 266 ribu pelanggan

"Saya senang diundang dalam diskusi guna memperingati Hari Air se-Dunia,  selama ini yang selalu konsern memperingatinya selalu ATB, dalam bentuk ATB Tournament Futsal Championship. Dengaan adanya diskusi ini diharapkan bisa sama-sama membuat kesadaran bahwa  air itu sebagai hajat hidup orang banyak," jelas Benny Andrianto.


Sebelumnya, tambah Benny, dari apa yang sudah ATB suplai masih ada pelanggan yang belum mendapatkan aliran air selama 24 jam. Dan jumlahnya sekitar setengah persen dari total pelanggan ATB. Seiring berjalannya waktu, jumlah tersebut sudah menurun drastis selama hampir 3-4 tahun terakhir. 

"Daerah yang saat ini masih belum mengalir 24 jam umumnya di kawasan Bengkong dan sekitarnya. Namun saat ini kita sudah mengganti sistem rezim operasional suplai baru yang mulai efektif kita jalankan awal maret 2017 lalu.Dan kini wilayah Bengkong sebagian besar sudah teraliri air dengan baik," Tambah Benny.

Dan saat ini, ATB sudah mengaplikasikan sistem baru yang disebut SCADA Terintegrasi. Sistim ini, merupakan satu-satunya di Indonesia dan  saling terintegrasi antar Produksi, Distribusi, NRW dan GIS. 

"Teknologi ini satu-satunya di Indonesia, waktu kami melakukan studi komparasi ke Singapura, Malaysia, Philipina dan Thailand, mereka bahkan belum mengaplikasikan apa yang dilakukan ATB. Jadi meskipun tidak sekaya mereka, tapi secara teknologi yang kita miliki tidak ketinggalan," jelasnya.

Benny juga menegaskan, pulau Batam memang sudah mulai mengalami "krisis" air baku, dan akan semakin krisis hingga 2020. 

Dengan kebocoran sir sebesar 15 persen, setidaknya bisa membantu. Namun tidak menyelesaikan masalah, karena hanya bisa memperpanjang jatuh tempo krisis air sembari menunggu tambahan ketersediaan air baku. 

"Kuncinya adalah air baku, tanpa air baku sehebat apapun perusahaan air tidak akan menyelesaikan masalah. ATB tidak bisa berbuat apa-apa kalau tidak didukung oleh air baku yang memadai. Kalau air laut bisa di jadikan olahan untuk air tawar , namun dampaknya pada harga jual yang tinggi," jelas Benny lagi. 

Sementara itu, Robert M Sianipar, Deputi Bidang Pengusahaan Sarana Lainnya BP Batam mengatakan, kondisi pulau Batam saat ini sangat sudah rawan akan krisis air bersih, hal ini bisa dilihat pada tahun 2015 ketika terjadi badai Elnino yang mengakibatkan waduk mengalami kekeringan.

"Apa yang harus kita lakukan memang perlu melestarikan waduk yang ada, artinya menjaga daerah tangkapan air hingga menjaga hutan kita," ujar Robert.

Robert juga menjelaskan, secara global, dunia cukup melimpah dengan air, namun hanya sedikit saja yang dibisa dibutuhkan untuk memnuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Termasuk di Batam yang tidak memiliki sumber air, dan hanya mengandalkan curah hujan yang turun.

Saat ini, BP Batam memiliki 8 waduk untuk menampung air hujan. Dari jumlah tersebut, 7 waduk diantaranya berada di Batam dan satu lagi berada di pulau Rempang. Namun, Waduk Baloi saat ini tidak bisa difungsikan lagi, sementara Waduk Tembesi belum bisa digunakan karena masih tahap proses.    

Oleh karena itu, ada peraturan meteri dan diperkuat dengan peraturan kepala BP Batam bahwa daerah tangkapan air tidak boleh ada kegiatan. 

"Waduk-waduk di Batam juga sangat perlu dilestarikan agar bisa berfungsi maksimal. Intinya adalah tugas kita bersama masyarakat maupun pemangku kepentingan yang terkait untuk bisa dengan segala upaya menjaga daerah tangkapan air kita," ungkap Robert.

Pemerintah pun mendisain tampungan air yang ada di Batam, hanya bisa memenuhi kebutuhan satu juta orang. Namun kondisi saat ini  jumlah penduduk Batam sudah mencapai 1,2 juta jiwa. Disisi lain, konsumsi air di Batam sudah sangat tinggi di banding negara lain. 

Kesempatan diskusi terbatas ini juga di hadiri oleh panelis dan tamu undangan diantarnaya Kepala Bapedal Kota Batam Dendi Purnomo, Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang dan Pertanahan provinsi Kepri Abu Bakar. Terdapat juga perwakilan perusahaan air minum kemasan di Batam, Ketua kadin Batam, Yayasan Lembaga Konsumen Batam (YLKB), dan Pers. (****/isu) 



Share on Social Media