News

KPAID Kepri : Hingga Saat ini tidak ada penculikan Anak di Kepri namun harus tetap waspada

| Selasa 21 Mar 2017 14:54 WIB | 3417

MEDSOS



MATAKEPRI.COM, Tanjungpinang- Berkembangnya issu penculikan anak di tengah-tengah masyarakat Kepri, khususnya Batam, mendapat tanggapan tersendiri dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kepri. Ery Syarial, Wakil Ketua KPAID Kepri mengungkapkan, hingga saat ini belum ada kasus penculikan anak yang terjadi di Kepri, termasuk Batam.

“Memang ada yang melaporkan anaknya diculik, bahkan ada yang sudah ditangani pihak kepolisian, tapi setelah ditelusuri, ternyata bukan murni penculikan, ada yang gara-gara orangtuanya cekcok, sehingga anaknya dibawa oleh ayahnya, si ibu lapor kalau anaknya diculik, ada juga yang anaknya lambat pulang sekolah karena main di tempat temannya, orang tuanya panik langsung lapor polisi. Kalau yang di Mediterania itu, sepertinya karena anaknya sering ditakut-takuti, akhirnya karena takutnya, dia berhalusinasi diculik, disekap, sampai mengaku melihat di dalam kulkas si penculik ada jantung, ginjal, hati dan organ manusia lainnya,” ungkap Ery, pagi tadi.

Komisionaris perlindungan anak ini, tidak menyalahkan pihak-pihak yang menyebarkan imbauan kewaspadan terhadap bahaya penculikan anak melalui media sosial, Facebook, WA, Tweeter, BBM dan lain-lain, hanya saja, alangkah baiknya kalau sebelum dishare, informasi itu terlebih dahulu di pahami dan cari kebenarannya.

“Kadang ada yang main share-share saja, tapi setelah kita telusuri, ternyata yang mengeshare juga nggak tahu itu kejadiannya dimana, dia hanya copy-paste dari grup media sosial yang satu dan mengeshare ke grup media sosial yang lainnya, ini yang sebenarnya berbahaya,” sambung Ery.

 

Selain itu, dia juga melihat memang ada pihak-pihak yang entah sadar atau tidak, sengaja ingin membuat viral kebohongan di tengah-tengah masyarakat, agar masyarakat gaduh, ketakutan dan akhirnya panik.

“Ada yang seperti itu, motivasinya terkadang hanya untuk mendapatkan like sebanyak-banyaknya atas status yang ia share di media sosial, tapi dia tidak sadar, akibat statusnya itu, masyarakat menjadi ketakutan dan panik,” paparnya.

 

Untuk itu, kepada para admin media sosial, apalagi media sosial yang jumlah mambernya hingga puluhan bahkan rastusan ribu, Ery berpesan agar mensortir postingan-postingan yang dapat menimbulkan ketakutan dan kepanikan di tengah masyarakat.

 

“Saya yakin para admin medsos juga mengikuti perkembangan medsos di daerah lain, jadi kalau postingan tersebut terlebih dahulu di posting di daerah lain, berarti kejadiannya bukan di Kepri atau Batam, ya admin bisa mensortirnya, atau memberikan penjelasan di kolom komen bahwa kejadian tersbut di daerah lain, agar tidak menimbulkan ketakutan,” sambungnya.

Ia juga berharap agar masyarakat Kepri tidak mudah percaya dengan issu yang berkembang di media sosial. “Di daerah kita banyak media resmi, koran maupun media online, jadi percayalah dengan media resmi, jadikanlah informasi yang beredar di media sosial itu sebagai peningkat kewaspadaan saja, jangan sampai dikonsumsi mentah-mentah yang akhirnya menimbulkan phobia pada diri sendiri,” jelasnya.

Kepada orang tua, Ery berpesan agar jangan menakut-nakuti anaknya. Kasihlah nasehat dan arahan kepada anak dengan santun dan baik, karena apa yang disampaikan para orangtua kepada anak-anaknya, akan melekat di pikiran mereka.

“Tujuannya mungkin baik, agar anaknya tidak main terlalu jauh dari rumah, atau agar anaknya langsung pulang ke rumah dari sekolah, tapi kalau nasehat atau arahan itu dicampur-campur dengan menakut-nakuti seperti nanti kalau diculik badan kamu dibelah, jantungnya diambil, ginjalnya diambil dan dijual, itu yang membuat anak ketakutan dan dapat menyebabkan halusinasi, akhirnya dia ngarang cerita,” tutup Ery.

Jadi, tetap waspada, tapi jangan sampai phobia. (***)




Share on Social Media