Batam

Ini yang Menyebabkan Batam Sulit Berkembang

| Kamis 02 Mar 2017 21:26 WIB | 1224




MATAKEPRI.COM - Sekitar 7.200 hektar (ha) lahan yang tersebar pada 2.604 bidang tanah di Batam dibiarkan terlantar oleh pihak-pihak yang selama ini telah diberikan hak pengelolaan (HPL) lahan selama bertahun-tahun. 

Kepala BP Batam, Hatanto Reksodipoetro mengatakan, lahan tersebut dimiliki oleh investor namun tak juga digarap pengerjaannya.

Hal ini membuat Batam sulit berkembang karena tak ada lahan baru yang tersedia untuk menampung investasi baru. 

"Karena sekarang BP Batam itu enggak punya tanah," katanya saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (2/3/2017).

Lantaran tak ada lahan yang tersedia, maka cara yang bisa ditempuh bila ada investor baru adalah membeli hak pengelolaan lahan dari investor lama. 

Cara ini memberi risiko biaya investasi bisa lebih mahal karena pembelian bukan dari tangan pertama dalam hal ini pemerintah.

Cara lainnya adalah menunggu masa hak pengelolaan (HPL) lahan dari pemilik lama habis.

Hal ini juga memberi risiko, bahwa investor baru harus menunggu waktu cukup lama dan membuat beban investasi membengkak seiring inflasi yang terjadi selama masa penantian.

Untuk itu, BP Batam tengah menangani persoalan ini dengan memanggil masing-masing pemilik persil lahan, dan dimintai komitmen dalam melaksanakan pembangunan. 

Jika tak membuktikan komitmennya, hal pengelolaan tanah akan ditarik atau pemilik tanah akan didorong melakukan kerja sama dengan investor yang ingin berinvestasi.

"Kita harus secara berkala mempercepat itu bagaimana caranya membereskannya. " ujar Hatanto.

Dengan cara ini, diharapkan ada lahan yang tersedia untuk menampung investor baru yang lebih serius.

"Jadi seandainya ini bisa kita dapatkan kembali, kita bisa cari investor lain atau peminat lain. Kalau tidak, kita akan dorong dia kerja sama dengan investor. Misalkan, dia mau nerusin. Buktinya mana, punya kemampuan finansial enggak. Pokoknya lahan itu dimanfaatin bagaimana caranya," 

Dengan masuknya investor baru yang lebih serius, diharapkan bisa terbuka lapangan kerja dan menyumbang pergerakan ekonomi di kawasan Batam.

"Dengan memanfaatkan itu kan nanti ada perkembangan multiplier effectnya. PDB nya naik, tenaga kerjanya, pembangunan, dan seterusnya," sambung dia.(*/dtk) 




Share on Social Media