News

Wartawan China Diundang ke HPN 2017 untuk Lebih Mengenal Indonesia

| Selasa 14 Feb 2017 19:45 WIB | 1288



Ketua Dewan Pers Indonesia (ketiga dari kanan) menerima kenang-kenangan dari Sekretaris Eksekutif Persatuan Wartawan Tio


MATAKEPRI.COM, Jakarta - Masyarakat pers Indonesia dan China atau Tiongkok mesti berperan di garda terdepan dalam meningkatkan dan memperkuat hubungan baik kedua negara.

Perusahaan pers yang profesional dan wartawan yang kompeten di Indonesia dan Tiongkok merupakan jembatan yang baik untuk mempertemukan berbagai kepentingan kedua negara yang menguntungkan rakyat Indonesia dan China. 

Demikian disampaikan Ketua bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Teguh Santosa dalam keterangannya kepada redaksi. 

Teguh mengatakan, untuk meningkatkan pemahaman wartawan Tiongkok mengenai Indonesia, pihaknya mengundang delegasi Persatuan Wartawan Tiongkok (PWT) untuk menghadiri Hari Pers Nasional (HPN) 2017 yang diselenggarakan di Ambon, Maluku, pekan lalu (9/2/2017). Selain Maluku delegasi PWT juga berkunjung ke Bali.

Delegasi PWT yang hadir memenuhi undangan itu dipimpin Sekretaris Eksekutif PWT Ji Xingxing. Adapun anggota delegasi PWT adalah Pemimpin Umum Harian Kereta Rakyat Wang Xiong, Deputi Direktur Kantor Dewan Informasi Nasional Zhuang Xiaojie, Deputi Direktur Pemberitaan Bisnis China Daily Lu Haoting, Deputi Direktur Berita Diaspora Tionghoa China News Service Xie Ping, dan Deputi Direktur Liaison Officer PWT Ma Yuan. 

“Dinamika politik global mendorong Indonesia untuk menjalin kerjasama positif, yang menguntungkan semua stake holder, dengan negara-negara besar di dunia khususnya di Asia,” ujar Teguh Santosa. 

Kunjungan delegasi PWT ini, sebut Teguh, adalah balasan atas kunjungan PWI ke Tiongkok bulan November 2016 lalu. 

Teguh percaya, kegiatan saling mengunjungi ini akan bermakna positif dalam memperkuat hubungan kedua negara dan meningkatkan saling pengertian di antara masyarakat Indonesia dan Tiongkok.

“Di tengah masyarakat Indonesia ada persepsi miring mengenai Republik Rakyat China atau Tiongkok yang harus diluruskan. Misalnya, Tiongkok selalu dikaitkan dengan peristiwa kelam di tahun 1965 dan Partai Komunis Indonesia. Juga, dalam konteks perekonomian nasional, pengusaha-pengusaha keturunan Tionghoa sering kali dicurigai memiliki loyalitas ganda dan menjadi penyebab ketimpangan ekonomi. Hal-hal ini menjadi hambatan psikologis di tengah masyarakat Indonesia setiap kali mendengar gagasan kerjasama Indonesia dan China,” ujar Teguh Santosa yang juga dosen di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu.  

Belum lagi,  masyarakat internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara, terganggu dengan agresifitas Tiongkok di Laut China Selatan belakangan ini. 

Ada semacam kekhawatiran massal, Tiongkok hendak menjadi imperium baru yang mendominasi panggung politik global.   

Teguh mengatakan, dirinya membahas isu-isu di atas dalam kunjungan PWI ke Tiongkok beberapa waktu lalu, juga dalam pembicaraan dengan Sekretaris Eksekutif PWT Ji Xingxing di sela-sela kunjungan PWT ke Maluku dan Bali.

“Sahabat saya Ji Xingxing memahami semua persepsi miring itu, dan berterima kasih atas pengertian masyarakat pers Indonesia, khususnya PWI,” kata Teguh lagi.

Ji Xingxing juga mengatakan dirinya memiliki kesan mendalam mengenai peranan masyarakat pers Indonesia yang menurutnya tidak sekadar melakukan aktivitas pemberitaan tetapi juga terlibat aktif dalam proses pembangunan nasional.   

Di mata Ji Xingxing, perhelatan HPN di Ambon, Maluku, adalah cara jitu untuk menarik perhatian masyarakat Indonesia dan dunia internasional pada berbagai potensi yang dimiliki Maluku sebagai salah satu provinsi kepulauan di Indonesia. 

Apresiasi yang sama disampaikan anggota delegasi PWT, Pemimpin Umum Harian Kereta Rakyat Wang Xiong.

Dia berharap kegiatan semacam ini terus berlanjut demi mengokohkan persaudaraan Indonesia dan Tiongkok.

Deputi Direktur Pemberitaan Bisnis China Daily Lu Haoting juga menyampaikan hal senada. Bahkan secara pribadi dia berharap mendapat kesempatan menulis kolom khusus tentang hubungan persaudaraan antara Indonesia dan Tiongkok dari segi ekonomi, bisnis, budaya dan sebagainya. 

“Saya berharap bisa kembali ke Indonesia dan menulis lebih banyak tentang Indonesia dan memberi tahu warga Tiongkok tentang keindahan Indonesia,” katanya.

Lu Haoting menambahkan, sebelum ke Maluku dan Bali, dirinya sudah melakukan riset tentang Indonesia. Namun tetap saja, setelah tiba di Indonesia, Lu Haoting baru menyadari bahwa Indonesia lebih luas dari yang dia bayangkan sebelumnya. 

“Sekarang saya baru sadar bahwa Indonesia sangat besar karena butuh transit berkali-kali dan naik pesawat dari satu tempat ke tempat lainnya. Alamnya sangat indah dan masyarakatnya ramah,” jelas Lu Haoting.

Deputi Direktur Kantor Dewan Informasi Nasional Zhuang Xiaojie juga mengatakan dirinya sangat terkesan dengan keramahan masyarakat Indonesia. Menurutnya, kegiatan saling mengunjungi penting demi menciptakan penegertian di tengah masyarakat kedua negara. (*)



Share on Social Media