News

India Ciptakan Software Untuk Melacak Pelaku Trafficking

| Rabu 08 Feb 2017 12:13 WIB | 2108




MATAKEPRI.COM, India - Beberapa waktu lalu, di media sosial tersebar berita mengenai aksi heroik seorang pramugari Alaska Airlines Sheila Frederick yang menyelamatkan seorang remaja berusia 14-15 tahun yang menjadi korban kasus perdagangan manusia.

Tren perdagangan manusia memang meningkat akhir-akhir ini. Bahkan, Staf Ahli Bidang Sosial Budaya dan Pemberdayaan Manusia Indonesia di Luar Negeri Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Niniek Kun Naryatie, menyebutkan bahwa pada 2016 tindak pidana pedagangan orang (TPPO) menjadi kejahatan terbesar kedua setelah narkotika dalam skala global.

"Pada 2016, dilaporkan TPPO merupakan kejahatan kedua terbesar di dunia setelah Narkotika," kata Niniek seperti diberitakan Bisnis.com beberapa waktu lalau.

Terkait hal ini, salah satu negara dengan tingkat perdagangan manusia yang cukup tinggi yakni India, saat ini memiliki sebuah perangkat lunak terbaru yang bisa membantu memerangi TPPO.

Pencipta perangkat lunak terbaru yang digunakan  pihak kepolisian ini, seperti dikutip Reuters, Rabu (8/2/2017) mengklaim alat buatannya bisa merevolusi peperangan melawan perdagangan manusia di bagian timur laut India dan mempercepat investigasi lintas batas dengan Bangladesh dan Myanmar.

Kepolisian di enam negara bagian India saat ini bisa mengakses perangkat lunak yang disebut Impulse case Info Center yang menyediakan cara baru untuk berbagi informasi rahasia, mengakses basis data terkait penyelundup manusia yang sedang dalam pencarian, serta informasi terbaru terkait kasus yang sedang berjalan.

Seperti diberitakan Reuters, perdagangan manusia di India meningkat sebanyak 25% pada 2015 dibandingkan tahun sebelumnya. Data pemerintah India menyebutkan sejumlah negara bagian di wilayah timur laut seperti Assam dilaporkan sebagai daerah dengan perdagangan gadis di bawah umur tertinggi.

Konflik antaretis yang telah terjadi selama bertahun-tahun di berbagai wilayah di timur laut India membuatnya menjadi lokasi empuk untuk aksi perdagangan manusia. Wilayah ini menjadi sumber, tujuan dan tempat transit dalam aksi perdagangan manusia.

Sanjeevan Devnath perwakilan dari perusahaan startup DFM Info Analytics mengatakan pihaknya membutuhkan waktu dua tahun untuk mengembangkan perangkat lunak ini.

"Tantangan terbesar yang kami hadapi adalah fakta bahwa penggguna perangkat lunak ini adalah polisi yang sebagian besar belum pernah bekerja menggunakan komputer sebelumnya," katanya.

Salomi Thommy yang bekerja sama dengan Devnath dalam pengembangan perangkat lunak ini mengatakan ciptaan mereka bisa mensuplai informasi detail seperti profil pelaku penyelundupan.

"Fitur terbaik adalah mekanisme peringatan yang bisa mengingatkan para penyidik jika sewaktu-wktu ada kasus baru yang melibatkan pelaku yang sama yang sedang mereka cari," katanya.

Perangkat lunak ini menghubungkan negara bagian India Timur Laut dengan unit antiperdagangan manusia di Bangladesh dan Myanmar yang membantu mempercepat pelacakan perdagangan manusia antarperbatasan.

"Kami telah memecahkan banyak kasus dengan bantuan sistem ini sebab banyak pelaku melintasi perbatasan di daerah tersebut dan sistem ini mempermudah pelacakan mereka," sebut Yankeela Bhutia, Kepala Unit Anti Perdagangan Manusia.



Share on Social Media