News

Patok Pajak 20 Persen, Donald Trump Tekan Ekonomi Dunia

| Senin 06 Feb 2017 06:33 WIB | 1432



Donald Trump


MATAKEPRI.COM, Washington -  Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus mewujudkan ambisinya untuk mematok pajak impor sebesar 20%. Tak cuma Meksiko, ekonomi negara-negara Asia seperti Vietnam, Malaysia dan Thailand bakal tertekan akibat aturan ini.

Ekonom Deutsche Bank AG Robin Winkler dan George Saravelos menilai, aturan pajak impor 20% akan mengubah secara signifikan peta perdagangan dunia. "Dampak kerusakan dari aturan ini akan sangat besar," ujar Winkler dan Saravelos seperti dilansir Bloomberg, akhir pekan.

Kendati menimbulkan penderitaan bagi ekonomi Meksiko, Kanada dan Asia, pajak impor bakal menjadi juru kunci pergerakan bullish dollar AS hingga tahun depan. Sebab, pajak impor bertujuan untuk menekan defisit perdagangan sekaligus membuat barang ekspor AS lebih kompetitif.

Dampak aturan impor ini tergantung dari seberapa elastis permintaan produk impor di pasar AS. Misal, produk elektronik buatan Taiwan yang dijual di AS.

Pasca aturan impor, harga jual produk elektronik pabrikan Taiwan akan naik sekitar 10%. Asumsinya, suplier menanggung 10% pajak dan konsumen 10%. Andai pasar bisa menemukan substitusi dari produk lokal dengan mudah, bisa dipastikan harga produk Taiwan akan merosot mengikuti harga penawaran di pasar.

Selain negara Asia, mitra dagang utama AS seperti Inggris juga bakal menderita. Hitungan Deutsche Bank, produk impor dari Inggris ke AS termasuk barang yang memiliki tingkat elastisitas tinggi sehingga Inggris yang saat ini menikmati surplus perdagangan US$ 1 miliar dari AS bisa membukukan defisit hingga US$ 19 miliar.

Dollar berkibar

Yang jelas, pemberlakuan pajak impor bakal menguntungkan dollar AS. Seiring dengan meningkatnya permintaan produk di dalam negeri AS, nilai tukar dollar AS bakal kian berkibar.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, produk domestik bruto (PDB) AS tahun 2017 akan tumbuh 2,3%. Lebih tinggi 0,1% poin dari prediksi sebelumnya.

Sedangkan untuk pertumbuhan PDB AS tahun 2018, IMF mengubah target sebelumnya, naik 0,4% poin menjadi 2,5%. IMF menilai, agenda ekonomi dan ekspansi fiskal ala Trump berupa pemangkasan pajak serta peningkatan belanja infrastruktur dapat memicu inflasi di AS.

Namun perlu diperhatikan dengan seksama, jika inflasi di AS melonjak, salah satu cara yang bisa dilakukan Bank Sentral AS untuk menjinakkan inflasi adalah menaikkan suku bunga.

Dus, apabila suku bunga meningkat, nilai tukar dollar bakal semakin perkasa. Adapun jika dollar menguat, yang terjadi adalah ekspor asal AS bakal terkendala karena kalah bersaing dengan produk dari negara lain. "Defisit neraca perdagangan AS pun bakal semakin dalam," kata Maurice Obstfeld, Kepala Ekonom IMF. Catatan saja, ekonomi AS meningkat 1,9% pada kuartal IV-2016.(Kontan.co.id)




Share on Social Media