News

Akibat Krisis Ekonomi, Ini Yang Dilakukan Rakyatnya Demi Negara

| Jumat 03 Feb 2017 21:40 WIB | 2301



Mongolia mengalami krisis ekonomi.(Istimewa)


MATAKEPRI.COM, Mongolia - Rakyat Mongolia siap menyumbangkan hartanya berupa uang tunai, perhiasan, emas dan bahkan kuda, untuk membantu pemerintah membayar obligasi (surat utang) sebesar US$600 juta (Rp801 miliar) yang jatuh tempo pada Maret 2017.

Krisis ekonomi yang melanda Mongolia ini akibat jatuhnya nilai tukar mata uang Tugrik terhadap dolar AS, perlambatan pertumbuhan di China, dan harga komoditas yang masih rendah.

Perdana Menteri Mongolia, Jargaltulga Erdenebat berdalih, pemerintah membutuhkan uluran tangan rakyatnya melalui sumbangan sukarela sebagai solusi untuk membayar obligasi.

"Pemerintah tidak bisa melarang (rakyat untuk menyumbang). Kabinet telah memutuskan untuk menghabiskan sumbangan sukarela di sektor kesehatan, pendidikan dan mengurangi kegiatan manufaktur serta infrastruktur publik," kata Erdenebat, seperti dikutip situs Reuters, Jumat, 3 Februari 2017.

Sementara, seorang pejabat senior di Kementerian Keuangan Mongolia, menyebut negaranya ingin membiayai kembali (refinancing) utang melalui pinjaman namun dengan bunga lebih rendah. Ia pun bersikeras pembayaran akan dilunasi tepat waktu.

Tak hanya masyarakat Mongolia yang terpukul akibat krisis ini, hewan ternak pun terkena imbasnya. Meningkatnya biaya makanan serta bahan bakar di musim dingin tersebut jelas mengancam kehidupan sejumlah besar ternak.

Bail Out

Dari angka sebesar itu, sejumlah perusahaan dan legislator menyumbang utang senilai 100 juta tugrik (US$40.650 / Rp543 juta). Adapun nilai obligasi Mongolia dihargai 98 sen per dolar AS, pada Kamis, 2 Februari lalu, dengan harga yang setinggi-tingginya 21,5 persen karena mendekati jatuh tempo.

Pemerintah telah melakukan pembicaraan dengan China dan Dana Moneter Internasional untuk meminta bantuan keuangan. Namun, investor khawatir bahwa dana talangan (bailout) tidak mungkin dinegosiasikan dalam waktu.

"Jika mereka tidak mendapatkan bail out IMF dan China, dari mana mereka akan mendapatkan sumber daya untuk membayar utangnya? Sedangkan negosiasi (utang baru) tidak bisa dalam waktu singkat. Ini ibarat telur dengan ayam," kata seorang broker saham yang berbasis di Hong Kong.

Simon Quijano, analis pasar keuangan negara berkembang dari Legal & General Investment Management, menambahkan, masalah terbesar bagi Mongolia adalah cadangan devisanya yang sangat rendah untuk membiayai kelangsungan negara tersebut tahun ini.

"Inilah mengapa investor mengamati dengan seksama untuk kesepakatan dengan IMF. Tentu saja, Mongolia bisa mencari opsi pendanaan lain tetapi selalu menimbulkan ketidakpastian yang menyebabkan volatilitas yang sebenarnya tidak perlu," tutup Quijano.(*)



Share on Social Media