Pariwisata
| Kamis 29 Dec 2016 01:34 WIB | 2272
MATAKEPRI.COM, Surabaya - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI berencana melakukan program regrouping terhadap enam Pabrik Gula (PG) untuk dialihfungsikan menjadi workshop atau house of maintenance dan wisata heritage. Keenamnya merupakan PG yang berkapasitas kecil.
Direktur
Utama PTPN XI Dolly Parlagutan Pulungan mengatakan rencana alih fungsi
tersebut permintaan dari Kementerian BUMN untuk efisiensi pabrik. Meski
melakukan alih fungsi PG, perseroan akan memperbesar kapasitas PG lain
yang memiliki potensi besar. Keenam PG yang akan berubah fungsi tersebut
yakni PG Kanigoro Madiun, PG Olean, PG Wringin Anom, PG Pandjie, PG
Rejosari dan PG Purwodadi.
"Jadi pabrik tidak ditutup, tapi hanya berubah fungsi, misalnya di PG Olean Situbondo akan jadi wisata heritage, lalu di bagian barat ada PG Kanigoro akan jadi house of maintenance, di mana karyawan dan masyarakat sekitar akan tetap diberdayakan," kata Dolly melalui siaran pers, Kamis (29/12).
Menurut
Dolly, keenam pabrik tersebut tidak bisa dipaksakan terus untuk
memproduksi gula karena dalam skala ekonomi tidak mungkin dilakukan.
Selain kapasitasnya yang kecil, juga kurangnya suplai tebu ke pabrik
tersebut. “Kalau memang dipaksakan, skala ekonominya tidak mungkin
karena semua pabrik itu tebunya tidak cukup. Kalau tebu mencukupi, kami
siap terus memproduksi gula,†ujarnya.
Dalam kesempatan yang
berbeda General Manager PG Kanigoro, Prijastono menjelaskan dalam tiga
tahun terakhir ini PG Kanigoro mengalami kerugian. Bahkan, tahun ini PG
Kanigoro tidak mampu produksi akibat tidak adanya pasokan tebu dari
petani.
"Kapasitas PG Kanigoro ini 2.000 TCD atau butuh 300 ribu
ton tebu per tahun, tetapi selama ini suplainya hanya mampu 100 ribu ton
tebu. Bahkan tahun depan proyeksi pasokan tebu yang akan digiling hanya
70 ribu ton," terang Prijastono saat menerima kunjungan kerja anggota
Komisi VI DPR RI, Bambang Haryo Soekartono, Rabu (28/12).
Menurut
Prijastono, masa giling tebu di PG Kanigoro hanya bisa berlangsung 60
hari karena kurangnya bahan baku tebu. Kurangnya pasokan tebu di wilayah
barat ini disebabkan oleh perubahan wilayah kota dimana sudah banyak
alih fungsi lahan menjadi perumahan dan lainnya. "Tebu kurang karena
lingkungannya menjadi perkotaan, lalu tebu yang masih ada protasnya pun
turun. Selain itu di wilayah barat ini juga banyak pabrik gula sehingga
berebut pasokan bahan baku tebu," ujarnya.
Dalam memenuhi
kebutuhan tebu tahun depan, PTPN XI telah bekerja sama dengan Perhutani
untuk perluasan lahan tanam tebu seluas 1.000 hektare dan dengan wilayah
lain sekitar 1.200 hektare.
Dalam kesempatan kunjungan kerja
Komisi VI DPR itu, Bambang Haryo meminta PTPN XI mempertimbangkan agar
PG Kanigoro tidak dialihfungsikan apalagi ditutup. Sebab, alih fungsi
ini menyangkut hidup banyak masyarakat di Madiun. "Saya tidak ingin
pabrik ditutup, kita harus bersyukur punya PG yang SDM-nya bayangkan
upah di Surabaya atau Pasuruan. Harusnya di sini yang dikembangkan, dan
mempertahankan sektor pangan kita," katanya.
Saat ini, PG
Kanigoro memiliki sekitar 200 pekerja. Saat masa giling tiba terdapat
sekitar 700 orang yang bekerja di pabrik tersebut. "Pemerintah harus
menyediakan bahan baku dengan cara membuat tata ruang yang baik, on farm
tebu harus dipertahankan karena kebutuhan gula kita 5 juta ton, tapi
baru bisa dipenuhi 2 juta ton dan 3 juta tonnya impor," ujar Bambang.