Kesehatan
| Jumat 02 Dec 2016 22:44 WIB | 1408
MATAKEPRI.COM, Jakarta, Time-out merupakan salah satu metode yang bisa
dilakukan orang tua untuk mendisiplinkan anak. Sayangnya, sebagian besar
orang tua melakukannya dengan cara tidak tepat.
Dalam studi yang
dipublikasikan oleh jurnal Academic Pediatrics, peneliti Andrew Riley
dari Oregon Health and Science Universitu, Portland, Amerika Serikat,
melakukan penelitian kepada 401 orang tua yang memiliki anak. Rentang
usia anak mulai dari 15 bulan hingga 10 tahun.
Peneliti meminta
orang tua untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan saat memberikan
waktu time-out pada anak. Pemberian waktu time-out sendiri dilakukan
dengan menjauhkan anak dari segala stimulus yang bisa memicu perhatian
termasuk tidak diajak bicara, tidak diberi mainan dan diminta untuk
duduk diam di pojok ruangan.
Hasil
penelitian menyebut 74 persen orang tua melakukan time-out pada anak
dan hanya 7 persen yang memberi cubitan atau pukulan pada anak.
Sayangnya, 85 persen orang tua melakukan time-out pada anak dengan tidak
tepat.
Kesalahan paling besar adalah orang tua yang terlalu
banyak bicara dengan maksud memberi penjelasan mengapa anak dinilai
melakukan kesalahan. Hal ini tidak membuat anak mempelajari kesalahannya
dan membuat time-out tidak efektif karena masih mendapat perhatian dari
orang tua.
"Time-out mengajarkan anak untuk berpikir mengapa ia
dihukum sehingga tidak mengulanginya lagi di kemudian hari. Jika orang
tua terlalu banyak bicara, maka anak tidak merasa dihukum," tutur Riley,
dikutip dari Reuters.
Riley mengatakan sejatinya orang tua
boleh-boleh saja memberikan penjelasan. Namun akan lebih baik jika
penjelasan dilakukan usai anak periode time-out untuk memaksimalkan
efeknya.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah konsistensi.
Jika orang tua terlihat ragu dan kurang yakin, anak akan mengambil
kesempatan tersebut untuk menawar hukuman.
"Jika Anda mengatakan
'sekali lagi dan kamu akan mendapat time-out' maka lakukanlah. Jangan
sampai Anda ragu yang malah membuat anak tidak mendapat pesan moral yang
diinginkan ketika dihukum," tutupnya.