Pariwisata

Birunya Danau Tazawa dan Nikmatnya Sake Beras Jepang

| Jumat 25 Nov 2016 20:00 WIB | 2039




MATAKEPRI.COM, Jepang -- Pagi sangat dingin di Akita. Suhu udara turun hingga 9 derajat celcius saat itu. Akita adalah salah satu prefektur di Jepang, yang di Indonesia lebih akrab disebut provinsi. Jika Anda menyukai sake, maka Anda harus berkunjung ke Akita. Beras terbaik Jepang tumbuh di Akita sehingga menghasilkan sake yang nikmat. Saat musim gugur, Akita memasuki musim panen. Masyarakat Akita memanen beras, gandum, dan kuri hiroi yang dalam bahasa inggris disebut chestnut. Saya belum menemukan padanan kata yang tepat untuk tanaman itu di Indonesia.

Akita punya banyak tempat ikonik untuk dikunjungi. Danau Tazawa lah salah satunya. Musim gugur menjadi saat yang tepat untuk mengunjungi danau. Alasannya, suhu udara yang tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas di musim gugur. Hanya sekitar 12-15 derajat celcius di siang hari. Namun, saya tetap saja menggunakan coat.

Selama di Senboku saya tinggal bersama orang tua homestay saya, keluarga Sawayama. Dari rumah Sawayama, saya hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai di Danau Tazawa.  Menggunakan mobil, saya menyusuri jalan yang dipagari pohon-pohon dengan daun kemerahan. Namun karena saat itu baru memasuki musim gugur, daun pun belum benar-benar merah.

Danau Tazawa sudah menjadi incaran saya sejak menginjakkan kaki di Prefektur Akita. Danau yang berada di wilayah Taman Nasional Towada-Hachimantai ini danau ikonik di Jepang. Pasalnya, danau ini adalah danau terdalam di Jepang. Kedalamannya mencapai sekitar 423 meter. Tentu kalah oleh Danau Toba yang dalamnya hingga 505 meter. Konon, danau ini tidak ikut membeku saat musim dingin karena kedalamannya itu.

Setelah sepuluh menit saya sampai di spot pertama di danau Tazawa, patung emas Tatsuko. Hari itu danau Tazawa ramai pengunjung. Tidak ada satupun dari mereka yang melewatkan berfoto di depan patung Tatsuko. Menurut legenda, Tatsuko adalah seorang gadis cantik yang berdoa untuk mempertahankan kecantikannya selamanya dengan meminum air dari mata air Tazawa. Namun ternyata ia malah dikutuk dan berubah menjadi naga dan akhirnya tenggelam ke dasar Danau Tazawa.

Sambil berfoto di sekitar patung Tatsuko, kita bisa bermain bersama ikan di bibir danau. Dalam bahasa sekitar, ikan-ikan itu disebut ugui. Saya tidak mau ketinggalan. Bersama keluarga homestay saya, Sawayama Gen dn anaknya, Sawayama Yuya, saya membeli pelet ikan.  Benar saja, satu pelet saja saya lemparkan ikan-ikan tersebut akan berebut melahapnya. Saling tindih. Lalu berpencar lagi. Kegiatan memberi makan ikan ini tidak boleh dilewatkan karena akan sangat menyenangkan. Tapi ingat, jangan mengambil ikan dari danau ini atau memancing di sini.

Usai berfoto dan memberi makan ikan, saya berpindah ke utara danau Tazawa. Saya harus menggunakan mobil lagi karena keliling danau ini adalah 20 km. Di sisi utara danau, baru benar benar terlihat warna air danau yang biru kehijauan. Dibawah airnya yang biru jernih, ikan ugui berenang lincah. Pelet ikan kembali saya lempar, dan pusaran ikan segera muncul di depan mata. Dari utara juga jelas terlihat danau ini dikelilingi gunung, terutama gunung Komagatake. Saat musim dingin, gunung Komagatake akan berubah putih karena ditutupi salju tebal. Gunung Komagatake juga menjadi tempat ski favorit di Jepang.  

Banyak disewakan speedboat dan perahu-perahu kecil untuk melihat-lihat pemandangan. Namun jika mau, pemandangan Tazawa akan lebih mantap jika dilihat menggunakan kapal ferry. Kapal ferry akan mengantar kita berkililing menikmati danau Tazawa.

Usai menikmati pemandangan danau Tazawa, kita bisa mampir ke toko souvenir di  sekitar danau. Toko-toko souvenir disini menjual berbagai o-miyage khas Akita. Miyage berarti oleh-oleh dalam bahasa Indonesia. Yang paling khas dari Akita adalah berbagai souvenir ikon anjing Akita. Saya teringat karakater anjing dalam film Hachiko. Dan saat itu saya baru tahu bahwa Hachiko adalah ras anjing Akita.

Usai berkunjung dan membeli oleh-oleh, saya diajak makan eskrim di kaki lima depan danau. Orang-orang Akita menyebutnya babahera no aisukuriimu, yang berarti eskrim babahera. Babahera berasal dari kata baba yang berarti wanita tua, dan hera yang berarti spatula. Harganya sekitar 200 yen atau sekitar 20.000 rupiah. Uniknya, eskrim ini selalu dibentuk bunga mawar dengan kombinasi warna pink dan putih. Penjualnya pun benar benar wanita yang sudah tua. Dan es krim ini hanya dijual saat musim gugur.
















Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait