News, Ekonomi

Di Kuartal I-2018, Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Sekitar 5 Persen

| Senin 07 May 2018 13:56 WIB | 2470



Pertumbuhan Ekonomi RI


MATAKEPRI.COM - Di Kuartal I-2018,  Pertumbuhan Ekonomi RI diprediksi sekitar 5 persen di kuartal I-2018. Proyeksi tersebut lebih rendah dibanding perkiraan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah, masing-masing sekitar 5,11 persen dan 5,2 persen.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 diprediksi sebesar 5 persen atau stagnan dibanding kuartal I-2017," kata Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara di Jakarta, Senin (7/5/2018).

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun lalu sebesar 5,01 persen.

Perlambatan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional, Bhima menuturkan, karena dipengaruhi faktor konsumsi rumah tangga yang sedikit terkontraksi. Kondisi ini, sambungnya, tercermin dari data indeks penjualan riil yang melambat, khususnya pembelian durable goods atau barang tahan lama.

"Keyakinan konsumen juga rendah, penjualan kendaraan, khususnya roda empat pada Januari-Maret ini tumbuh 2,8 persen (yoy) atau lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu," ujar dia.

Di samping itu, pertumbuhan tabungan baik dalam bentuk valuta asing (valas) dan rupiah masih cukup tinggi, yakni 10,2 persen per Maret 2018.

"Porsi konsumsi rumah tangga 56 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sehingga menjadi indikasi awal perlambatan ekonomi masih akan berlangsung tahun ini," ungkap Bhima.

Sementara itu, lanjutnya, dari sisi investasi masih belum ada kenaikan yang signifikan. Hal itu karena faktor musiman awal tahun yang biasanya realisasi investasi cenderung kecil. Namun, dia optimistis akan meningkat di semester II 2018.

Bhima menuturkan, ekspor pun masih landai karena pada Januari-Februari 2018 tercatat masih terjadi defisit neraca perdagangan. Sedangkan surplus pada bulan ketiga ini, ia mengakui, akibat perlambatan impor yang hanya tumbuh 2,13 persen (mom).

Kinerja ekspor minyak kelapa sawit pada tiga bulan pertama ini, ia menambahkan, anjlok 17,34 persen dibanding posisi yang sama tahun lalu. Minyak sawit cukup dominan atau porsinya 12,8 persen dari total ekspor nonmigas terkena dampak perang dagang. Belanja pemerintah dinilai jadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Jadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 berasal dari belanja pemerintah yang realisasinya lebih baik dari tahun lalu. Belanja pemerintah berkontribusi sekitar 9,5 persen dari komponen PDB pengeluaran," kata Bhima.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2018 sebesar 5,2 persen.

Proyeksi ini akan ditopang dengan peningkatan investasi dan industri manufaktur yang sudah mulai mengalami perbaikan dalam beberapa bulan terakhir.

"Diperkirakan tetap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di kisaran 5,1 persen sampai 5,2 persen. Terutama bersumber dari investasi dan manufaktur yang sudah mulai aktif," ujar Kepala Pusat Kebijakan

Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Adriyanto. Sementara itu, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal I ini masih tidak akan jauh dari angka 5,1 persen. Namun hal ini masih sesuai dengan ekspektasi BI. Sepanjang 2018, pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 5,1 persen-5,5 persen.

"Kalau dari BI, pertumbuhan ekonomi itu 5,1 persen-5,5 persen. Mungkin di kuartal I, ada di 5,11 persen," ujar dia.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2018 memang diperkirakan lebih rendah dibandingkan kuartal IV 2017. Pada kuartal akhir 2017, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,19 persen.

"Pertumbuhan kuartal I sedikit lebih rendah dari kuartal IV 2017," kata dia.

Namun demikian, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi diperkirakan membaik pada kuartal II dan kuartal III 2018. Sementara secara tahunan, pertumbuhan ekonomi pada 2018 diyakini akan lebih tinggi dibanding 2017.

"Untuk keseluruhan tahun akan ada kenaikan di kuartal II dan kuartal III. Kita lihat untuk 2018 akan berada di atas 2017," pungkas Dody.(***)


Sumber : liputan6



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait