News, Politik

Pilpres 2019 Berlangsung Terumit Sedunia, Titi : Bukan Hal Baru

| Sabtu 05 May 2018 10:57 WIB | 2786



Titi Anggraini


MATAKEPRI.COM - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyebut pemilu yang akan berlangsung pada 2019 adalah yang paling rumit sedunia. Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan label pemilu di Indonesia sebagai pemilihan terumit di dunia bukanlah hal baru.

"Kalau pernyataan soal kompleksitas, pemilu Indonesia itu bukan hal baru. Bahkan tahun 2004 saja ketika pileg dan pilpres masih terpisah satu sama lain, itu majalah The Economist menyebut pemilu Indonesia itu The Most Complex Election in The World, jadi pemilu paling kompleks sedunia, di dunia. Apalagi nanti ketika Pemilu 2019 pileg dan pilpres diselenggarakan serentak," kata Titi.

Menurutnya, kerumitan itu terjadi karena banyaknya jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai 200 juta lebih. Jadi, diperkirakan, pada pemilu 2019, diperlukan 1 miliar lembar suara. 

"Kenapa kemudian pemilu Indonesia disebut kompleks? Karena pertama, kompleks itu bukan berarti buruk, tapi dari sisi kerumitan dan cakupan kerja yang harus dilakukan. Jadi di Indonesia ini kan negara kepulauan dengan beberapa ribu yang berpenghuni dengan jumlah pemilih yang sangat besar," ujarnya.

"Belum lagi posisi yang dipilih juga banyak, ada lebih dari 2 ribu daerah pemilihan dengan surat suara yang mencapai nanti di 2019 lebih dari 1 miliar lembar suara, dengan petugas pemilu yang jumlahnya mencapai lebih dari 5 juta orang, dan kandidat yang kalau dihitung jumlahnya 300 ribu orang yang merebutkan kurang-lebih 20 ribu posisi. Dari situ saja itu sudah luar biasa mengelola pemilu. Jadi kerumitan itu merupakan konsekuensi menyelenggarakan pemilu di negara yang sangat besar pemilihnya dengan wilayah sangat luas juga dengan parpol yang banyak kandidat besar dan surat suara sangat banyak jadi memang kompleks," lanjut Titi.

Lebih lanjut, selain mendapat julukan The Most Complex Election in The World pada 2004, Indonesia mendapat gelar The Biggest One Day Election in The World pada Pemilihan Legislatif 2014. Menurut Titi, pileg pada 2014 di Indonesia mengalahkan pemilu di India dan Amerika Serikat.

"Karena India pemilunya tidak satu hari, tapi bergiliran. Jadi kurang-lebih 1 bulan pemungutan suara di India. Di AS memang populasi AS 300 juta, tapi pemilihnya hanya 130 jutaan. Sementara kita, walaupun 250 juta, total pemilih kita 187 juta," paparnya.

Titi berharap, pada Pemilu 2019, seluruh elemen bangsa bisa terlibat dalam pelaksanaan pemilu. Dia juga ingin ada perbaikan dari pihak penyelenggara agar Pemilu 2019 berjalan lancar. 

Salah satu yang menurutnya perlu perbaikan adalah mengantisipasi tertukarnya surat pemilihan suara.

"Ya kita memerlukan kontribusi, memerlukan kerja semua elemen bangsa. Karena memang dengan embel-embel pemilu paling rumit di dunia, kan tidak mungkin tugas untuk menyelenggarakan hanya dibebankan pada penyelenggara pemilu. Diperlukan kerja sama yang baik antara semua aktor pemangku kebijakan dalam hal ini pemerintah aparat keamanan, kementerian lembaga terkait untuk mendukung kerja KPU, termasuk partisipasi masyarakat, media, tokoh agama, untuk ikut ambil bagian di dalam memastikan pemilu 2019," jelasnya. (***)


Sumber : detik



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait