International, News, Politik

Menlu Israel Bertandang Ke UEA, Ini Peran Indonesia!

| Jumat 12 Jul 2019 19:55 WIB | 3022



Menlu Israel Bertandang Ke UEA, Ini Peran Indonesia (istimewa)


MATAKEORI.COM, Jakarta - Hari Minggu 30 Juni 2019 yang lalu, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, bertandang ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Ia menghadiri acara yang diselenggarakan oleh PBB tentang perubahan iklim.

Sebelum itu, Katz juga berkunjung ke Manama, Bahrain, pada 25-26 Juni 2019 dalam rangka menghadiri konferensi yang disponsori oleh Amerika Serikat. Di forum itu ia mengajak dunia Arab dan Palestina untuk bekerja sama dalam bidang ekonomi.

Ajakan Katz ini sejalan dengan keinginan AS untuk membangun ekonomi kawasan Timur Tengah dengan menawarkan proyek ekonomi senilai US$50 miliar. Dana itu untuk membangun berbagai proyek industri di Tepi Barat, Jalur Gaza, Mesir, Yordania, dan Libanon.

Pada November 2018 yang lalu Katz dalam kapasitasnya sebagai Menteri Transportasi Israel juga mengunjungi Oman.

Beberapa hari sebelumnya, pada Oktober 2019, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang berkunjung ke Oman untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi dengan Sultan Qaboos bin Said. Kunjungan Netanyahu ini merupakan yang pertama dilakukan perdana menteri Israel dalam 20 tahun terakhir.

Dengan misi yang berbeda, Menteri Olahraga dan Budaya Israel, Miri Regev, berkunjung ke UEA pada November 2018. Di sana ia menghadiri turnamen yudo yang juara pertamanya dimenangkan oleh Tim Israel.

Beberapa pejabat pemerintah Israel lain juga terdengar melakukan kunjungan ke beberapa negara Arab baik secara terbuka maupun secara rahasia sejak tahun lalu.

Langkah-langkah Israel dengan mengirim pejabat tinggi ini menyiratkan keinginan Israel untuk menjalin hubungan yang lebih dekat kembali dengan negara-negara Arab Teluk.

Kebangkitan ekonomi

Penandatanganan Kesepakatan Oslo pada 1990-an sebenarnya mengawali perbaikan hubungan Israel dengan negara-negara Arab, meski lalu memburuk lagi selama perang Intifada kedua di Palestina (2000-2005).

Kemudian, selama sepuluh tahun terakhir, beberapa negara Timur Tengah mengalami gejolak politik yang dikenal dengan sebutan Arab Spring, terpengaruh oleh peristiwa penggulingan kepala negara di Tunisia.

Kemunculan ISIS yang ingin menguasai Suriah dan Irak membuat negara-negara Teluk mengambil sikap waspada menghadapi ancaman serupa.

Kini dengan kalahnya ISIS, situasi keamanan di negara-negara Teluk khususnya dan Timur Tengah pada umumnya mulai membaik.

Awan mendung mulai tersingkap. Upaya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi mulai dibentangkan kembali.

Israel dan Arab Makin Akur, Apa Kabar Indonesia?Menlu Israel, Israel Katz, mengajak negara Arab untuk bekerja sama di bidang ekonomi. (AFP/Sebastian Scheiner)
Saudi Arabia mencetuskan Visi 2030 untuk memodernisasi negara tanpa tergantung dengan minyak. Negara-negara Arab lain juga melakukan hal yang sama, termasuk membangun infrastruktur yang semakin dibutuhkan.

Kerja sama ekonomi antara negara-negara Arab yang lebih konkrit mulai dirumuskan.

Israel pun tergerak untuk ikut mengulurkan tangan, dalam rangka mencari kawan untuk menghadapi Iran sekaligus memanfaatkan potensi pertumbuhan ekonomi yang muncul di negara-negara Arab Teluk.

Dari sudut pandang Israel, jika aktivitas ekonomi menggeliat di negara-negara Arab, dan konektivitas sudah terbentuk hingga ke Israel, maka dampaknya akan dirasakan oleh Palestina juga.

Kerja sama antarnegara dan pertumbuhan ekonomi yang membaik akan mendorong Palestina dan Israel bisa hidup berdampingan dengan damai.

Menteri Katz dalam pertemuan di Abu Dhabi itu membahas kerja sama pembangunan dalam bidang teknologi tinggi, energi, pertanian dan pengelolaan air bersih.

Sebelumnya, dalam konferensi di Oman, Israel menawarkan proyek besar "Jalur Perdamaian Regional", yaitu jalur kereta api yang menghubungkan negara-negara Arab (UEA, Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, Yordania) dengan Israel.

Tawaran itu untuk melengkapi rencana pembangunan jalur kereta api yang memang sedang digagas oleh negara-negara Teluk.

Oman menetapkan rencana membangun jalur kereta api dari Al Buraimi di perbatasan dengan UEA dengan pelabuhan Sohar. Kemudian pada fase kedua, akan dibangun jalur ke Ibri dan ke Al Duqm. Seluruhnya mencapai jalur kereta api sepanjang 2.135 km.

Di UEA, Etihad Rail akan membangun jalur kereta sepanjang 1.200 km, untuk mencapai perbatasan dengan Arab Saudi dan Oman. Sedang Saudi akan membangun jalur kereta api sepanjang 2.400 km dari Riyadh ke Al-Haditha di perbatasan dengan Yordania.

Hubungan ekonomi dengan Irak juga dipulihkan Israel dengan diizinkannya warga untuk melakukan perdagangan dengan Irak pada bulan Mei yang lalu.

Namun strategi membangun kerja sama ekonomi dulu baru kemudian normalisasi hubungan diplomatik ini mendapat tentangan keras dari beberapa pihak.

Mereka tidak menginginkan negara-negara Arab "dibeli" oleh AS dan Israel dengan mengorbankan perjuangan rakyat Palestina dalam upaya membentuk negara sendiri.

Israel dan Arab Makin Akur, Apa Kabar Indonesia?Suasana di Abu Dhabi. (Foto: Solar Impulse/Revillard)

Peran Indonesia

Indonesia mestinya ikut mendukung hubungan ekonomi yang lebih baik antara Israel dengan negara-negara Arab namun tetap mendukung pengakuan dunia terhadap negara Palestina.

Pertama, hubungan ekonomi antara Indonesia dengan Israel perlu diwujudkan dan dikembangkan. Jika negara-negara Arab mulai membuka diri untuk menjalin hubungan ekonomi dengan Israel, maka tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak melakukan hal yang sama.

Kedua, langkah konkret membangun kerja sama ekonomi dengan Israel dan negara-negara Arab adalah meningkatkan ekspor barang dan jasa dari Indonesia ke Israel dan negara-negara Teluk dan Timur Tengah lainnya.

Contohnya, Indonesia dapat menawarkan gerbong kereta api yang "Islami", dengan gerbong yang didesain khusus untuk ruang salat berjamaah, dengan tempat wudu yang higienis dan indah, dan sebagainya.

Ketiga, Indonesia dapat mengirimkan tenaga-tenaga terampil untuk berbagai jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat negara-negara Teluk, dan Timur Tengah lainnya, termasuk Yordania dan Israel.

Angkutan kereta api yang berjaringan luas merupakan kesempatan besar untuk memasuki bidang-bidang usaha yang dapat dikerjakan oleh pebisnis dan pekerja Indonesia, ketika tenaga kerja lokal di negara itu tidak tersedia dalam jumlah dan kualitas yang memadai.

Keempat, namun bukan yang terakhir, Indonesia dapat menawarkan wisata bahari yang berkelas dunia, seperti Bali, Borobudur, Raja Ampat, Danau Toba dan sebagainya kepada masyarakat Timur Tengah. (***/cnnindonesia.com)



Share on Social Media

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait